SuaraSulsel.id - Banyak orang menganggap bahwa rokok elektrik atau vape adalah alternatif yang lebih aman dibandingkan rokok konvensional.
Dengan berbagai pilihan rasa dan desain yang lebih modern, rokok elektrik terlihat lebih menarik terutama bagi generasi muda.
Namun, menurut dr. Aditya Wirawan, Ph.D, Sp.P, dokter spesialis pulmonologi dari Rumah Sakit Universitas Indonesia, anggapan ini sangat keliru dan bisa berbahaya.
“E-cigarette atau vape atau pen, atau electronic nicotine delivery system itu juga berisi zat-zat yang ternyata berbahaya juga, bukan berarti dia lebih canggih terus juga lebih sehat,” ujar dr. Aditya dalam diskusi kesehatan yang dipantau secara daring di Jakarta, Selasa 3 Juni 2025.
Rokok Elektrik Mengandung Zat Berbahaya bagi Paru-paru
Dr. Aditya menjelaskan bahwa cairan yang digunakan dalam rokok elektrik mengandung zat propylene glycol dan glycerol.
Ketika dipanaskan, kedua zat ini bisa berubah menjadi senyawa kimia yang merusak jaringan paru-paru.
Salah satu penyakit serius yang dapat ditimbulkan adalah popcorn lung disease atau bronchiolitis obliterans, yaitu kerusakan pada saluran napas kecil di paru-paru yang membuat penderitanya kesulitan bernapas secara permanen.
Selain itu, cairan vape juga mengandung nikotin, zat adiktif utama yang juga ditemukan pada rokok konvensional.
Baca Juga: Pasien Anak Rawat Inap Akibat Rokok Elektrik Melonjak 733 Persen Sejak 2020
Nikotin membuat penggunanya kecanduan dan meningkatkan denyut jantung serta tekanan darah.
Efek Rasa Buatan Tidak Menjamin Keamanan
Salah satu daya tarik utama rokok elektrik adalah variasi rasa seperti vanila, buah-buahan, hingga permen mint.
Rasa-rasa ini seringkali memberikan kesan bahwa vape lebih ringan atau tidak berbahaya.
Namun, dr. Aditya mengingatkan bahwa meskipun memiliki rasa yang enak, cairan tersebut tetap mengandung bahan kimia yang dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan.
“Kalau konsentrasinya tinggi, iritasinya bisa parah. Apalagi kalau digunakan terus-menerus,” tegasnya.
Rasa buatan yang dicampur dengan nikotin justru menjadi kombinasi berbahaya, terutama bagi remaja yang cenderung lebih tertarik mencoba vape dibandingkan rokok biasa.
Asap Rokok Elektrik Sama Berbahayanya
Mitos bahwa rokok elektrik tidak menghasilkan asap seperti rokok konvensional juga perlu diluruskan.
Menurut dr. Aditya, asap dari vape tetap dapat merusak saluran napas, termasuk silia — rambut-rambut halus di saluran pernapasan yang berfungsi menyaring kotoran, debu, dan kuman.
Asap vape bisa membuat silia lumpuh dan tak berfungsi. Akibatnya, kotoran dan mikroorganisme masuk ke paru-paru tanpa penyaringan, memicu gejala seperti:
- Batuk terus-menerus
- Produksi dahak berlebihan
- Sesak napas
- Mengi, terutama pada penderita asma
- Dalam jangka panjang, hal ini bisa menyebabkan penurunan fungsi paru-paru secara permanen.
Risiko Jangka Panjang: PPOK, Bronkitis, dan Asma
Lebih jauh, dr. Aditya mengungkapkan bahwa 15-20 persen perokok aktif dan pasif, termasuk pengguna vape, berisiko mengalami Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK).
Ini adalah penyakit yang menyebabkan penyempitan saluran napas secara bertahap dan tidak bisa disembuhkan sepenuhnya. Selain PPOK, paparan asap rokok atau vape juga meningkatkan risiko:
- Bronkitis kronik, yaitu peradangan saluran pernapasan yang berlangsung lama
- Asma kambuh lebih sering
- Infeksi saluran pernapasan berulang
Rokok Elektrik dan Dampaknya terhadap Lingkungan Sekitar
Bahaya rokok elektrik bukan hanya dirasakan oleh pengguna aktif, tetapi juga oleh orang-orang di sekitarnya.
Asap yang dihasilkan akan mengendap di benda-benda seperti baju, tirai, sofa, bahkan mainan anak-anak, yang kemudian dikenal sebagai thirdhand smoke.
Selain itu, secondhand smoke dari vape juga sama berbahayanya seperti rokok biasa.
Ini adalah asap yang dihirup oleh orang lain di sekitar perokok, yang dapat memicu kambuhnya penyakit pernapasan atau memperburuk kondisi paru yang sudah ada.
“Asap yang mengendap bisa menurunkan kualitas hidup dan meningkatkan risiko kematian. Termasuk asap dari rokok elektrik,” tegas Aditya.
Vape Bukan Pilihan Aman
Pandangan bahwa vape lebih aman dari rokok konvensional adalah mitos yang menyesatkan.
Rokok elektrik tetap mengandung zat berbahaya yang dapat merusak paru-paru, memicu iritasi saluran napas, dan menimbulkan penyakit serius seperti PPOK, bronkitis, dan popcorn lung disease.
Apalagi, penggunaan rokok elektrik di kalangan remaja terus meningkat karena pengaruh iklan, rasa yang bervariasi, dan persepsi bahwa vape adalah gaya hidup modern.
Ini justru menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat.
Jika kamu ingin hidup lebih sehat, berhenti merokok — baik konvensional maupun elektrik — adalah langkah terbaik. Paru-paru hanya satu, dan tidak bisa diganti. Jangan korbankan masa depanmu hanya untuk kenikmatan sesaat.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Sedan Bekas yang Jarang Rewel untuk Orang Tua
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- 5 Sepatu Lari Hoka Diskon 50% di Sports Station, Akhir Tahun Makin Hemat
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman Skechers Buat Jalan-Jalan, Cocok Buat Traveling dan Harian
- 6 Mobil Bekas untuk Pemula atau Pasangan Muda, Praktis dan Serba Hemat
Pilihan
-
Bencana Sumatera 2025 Tekan Ekonomi Nasional, Biaya Pemulihan Melonjak Puluhan Triliun Rupiah
-
John Herdman Dikontrak PSSI 4 Tahun
-
Bukan Sekadar Tenda: Menanti Ruang Aman bagi Perempuan di Pengungsian
-
4 Rekomendasi HP Xiaomi Murah, RAM Besar Memori Jumbo untuk Pengguna Aktif
-
Cek di Sini Jadwal Lengkap Pengumuman BI-Rate Tahun 2026
Terkini
-
Inilah Daftar Gaji Minimum Pekerja di Kota Makassar Mulai 2026
-
Stok Aman, Harga Agak Goyah: Cek Harga Bahan Pokok di Palu Jelang Natal & Tahun Baru 2026
-
Gubernur Sulsel Groundbreaking 'Jalan Tol' 35 KM Hubungkan Luwu Timur dan Sulawesi Tengah
-
BI Sultra Siapkan Rp980 Miliar Uang Tunai untuk Nataru 2025/2026
-
Makassar Bidik 6,18 Juta Wisatawan di 2025, Apa Strateginya?