Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Rabu, 16 Oktober 2024 | 15:13 WIB
Potret manusia bertubuh pendek di Pulau Lanjukang, kota Makassar, Sulawesi Selatan [SuaraSulsel.id/Istimewa]

SuaraSulsel.id - Manusia kerdil atau mini biasanya divisualisasikan lewat film seperti Hobbit. Tapi ternyata, di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, ada pulau yang dihuni oleh manusia bertubuh pendek.

Hal tersebut terlihat saat Jambore Kelompok Penjaga Laut yang digelar oleh Pemerintah Provinsi Sulsel di Pulau Lanjukang.

Para manusia pendek ini mendiami Lanjukang, pulau kecil berpenghuni yang terletak di gugusan kepulauan Spermonde, Sangkarrang.

Lanjukang berada di lepas pantai barat daya Sulawesi dan segitiga terumbu karang, antara lengkungan selatan Sulawesi dan Selat Makassar.

Baca Juga: Gemas! 500 Anak Ayam Warna-Warni Asal Makassar "Wajib Lapor" di Timika

Untuk sampai ke sana, kita mesti menaiki perahu dari Dermaga Kayu Bangkoa. Perjalanan memakan waktu sekitar 3 jam lamanya.

Camat Sangkarrang, Andi Asdar, mengatakan, ada 21 kepala keluarga atau sekitar 50 orang yang tinggal di pulau terluar, kota Makassar ini.

Hampir semua penduduk di sana ukuran badannya lebih kecil dari tinggi normal pada orang dewasa. Tingginya hanya berkisar 120 cm.

"Rata-rata dari mereka berprofesi nelayan," ujarnya, Rabu, 16 Oktober 2024.

Asdar mengaku tidak tahu pasti awal mula warga di sana kerdil. Tapi menurutnya itu adalah faktor genetik dan lingkungan.

Baca Juga: Geledah Kantor KONI Makassar, Kejari Sita Dokumen dan 3 Komputer

"Hampir semua penduduknya memang rata-rata lebih pendek ya. Mungkin faktor genetik," jelasnya.

Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan mencatat, manusia dapat mengalami kekerdilan atau dwarfisme karena gangguan pertumbuhan tulang. Ada beberapa faktor yang jadi penyebabnya.

Diantaranya, mutasi gen pada fibroblast growth factor receptor 3 (FGFR3). Mutasi gen dapat terjadi secara spontan atau diwariskan dari orang tua.

Kemudian, kekurangan hormon pertumbuhan. Menurut Kemenkes, kelenjar pituitari di otak menghasilkan hormon pertumbuhan, jika kelenjar ini tidak memproduksi hormon yang cukup, anak berisiko mengalami gangguan pertumbuhan.

Lalu, faktor retardasi pertumbuhan intrauterin. Kondisi ini terjadi saat bayi masih dalam kandungan, dimana bayi biasanya jauh lebih kecil.

Kontributor : Lorensia Clara Tambing

Load More