Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Senin, 14 Februari 2022 | 07:30 WIB
Pengamat burung, jurnalis dan mahasiswa melakukan sensus burung air di Danau Limboto, Minggu 13 Februari 2022. Kegiatan itu bagian dari Asian Waterbird Census (AWC) 2022 dan diprakarsai oleh Biodiversitas Gorontalo, SIEJ dan AJI Kota Gorontalo [SuaraSulsel.id/ANTARA]

SuaraSulsel.id - Tiga lembaga yakni Biodiversitas Gorontalo (BIOTA), The Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) Gorontalo dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Gorontalo melakukan sensus burung air di Danau Limboto, Gorontalo, Minggu 13 Februari 2022.

Pengamatan dan penghitungan jenis serta jumlah burung air itu diikuti oleh puluhan mahasiswa, yang tergabung dalam Kelompok Studi Lingkungan (KSL) Archipelago Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo (UNG) serta Komunitas Youngbirdwatcher Gorontalo.

Dari sensus tersebut, tercatat 21 jenis burung di Danau Limboto dan 10 di antaranya merupakan jenis burung air seperti tikusan alis putih, mandar besar, blekok sawah, kuntul kerbau, kuntul kecil dan belibis kembang.

Sekretaris BIOTA Rosyid Azhar mengatakan sensus burung air tersebut merupakan agenda tahunan, sebagai rangkaian dari Asian Census Waterbird (AWC) 2022 yang juga digelar di daerah dan negara lain di dunia.

Baca Juga: Sarang Burung Walet Senilai Rp1 Miliar Asal Sulawesi Barat Dijual ke Kota Salatiga

"Kami ingin berkontribusi menyumbang data yang dapat bermanfaat secara global untuk pelestarian burung-burung air. Apalagi Danau Limboto selama ini merupakan habitat ratusan jenis burung, termasuk jenis burung air," katanya.

Menurutnya, burung air menggunakan lahan basah seperti danau, sungai, rawa, mangrove, dan gambut sebagai habitatnya sehingga menjaga kelestarian burung air bagian dari upaya menjaga keseimbangan ekosistem.

Berdasarkan Konvensi Ramsar, burung air merupakan burung yang secara ekologis kehidupannya bergantung kepada keberadaan lahan basah.

Saat ini Indonesia memiliki sekitar 200 jenis burung air yang hidup di lahan basah.

AWC merupakan suatu kegiatan sensus burung air tahunan yang bersifat sukarela, terbuka bagi siapa saja termasuk ahli burung, pengamat amatir, pencinta alam, guru, LSM, pegawai negeri dan masyarakat umum.

Baca Juga: Gubernur Gorontalo Rusli Habibie Terinfeksi Omicron, Batuk Kering dan Berdahak, Demam Hampir 40 Derajat Celcius

Sejak dimulai pada tahun 1987, AWC telah menjangkau lebih dari 5.700 lokasi di 24 negara, dengan keterlibatan ribuan pengamat sukarela dari ke-24 negara tersebut, termasuk Indonesia.

Data-data yang terkumpul dari seluruh lokasi pengamatan masuk ke pangkalan data, serta diolah menjadi laporan tahunan internasional yang meliputi status, distribusi, peta, serta identifikasi lokasi lahan basah yang penting.

Data ini akan mendukung program-program konservasi burung air, penelitian spesies, kawasan, serta kampanye untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya lahan basah. (Antara)

Load More