Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Kamis, 05 Agustus 2021 | 17:04 WIB
Ahmad Yani, pedagang bendera merah putih di Jalan Toddopuli Raya Timur Kota Makassar [SuaraSulsel.id / Muhammad Aidil]

Tetapi, sekarang berjualan bendera merah putih tidak lagi menjanjikan. karena sudah banyak pesaing yang juga ikut berjualan bendera di pinggir jalan.

"Saya dapat tahun lalu keuntungan itu, ada Rp 1,5 juta sampai Rp 2 juta. Selama menjual bendera 20 sampai 25 hari untuk persiapan 17 Agustus. Sekarang kan banyak barang dari Jawa keliling. Kalau dulu memang saya bisa capai keuntungan Rp 3 juta sampai Rp 4 juta," jelas Kakek Ahmad.

Jika bendera yang dijual tidak laku, kakek Ahmad bisa sedekahkan kepada tetangganya. Dengan harapan orang yang diberikan bendera tersebut bisa ikut merayakan hari Kemerdekaan Indonesia. Setiap tanggal 17 Agustus.

Berdagang di Tengah Pandemi Covid-19

Baca Juga: Bangkrut, Pengusaha Sound System Ngawi Ingin Tukar Peralatan dengan Ternak atau Beras

Pandemi Covid-19 yang sudah terjadi lebih 2 tahun ini juga membuat khawatir Kakek Ahmad. Karena tidak ada lagi aktivitas lomba. Masyarakat dilarang berkerumun merayakan 17 Agustus.

Sehingga penjual bendera hanya berharap kepada warga yang ingin memasang bendera di depan rumah.

"Kadang-kadang yang punya bendera mereka simpan. Malas cari, terus beli lagi," ujar Kakek Ahmad.

"Yang penting ada pemasukan sedikit untuk belanja-belanja di rumah. Alhamdulillah tidak pernah mengeluh keluarga,"

"Kalau istilahnya pulang dengan tangan kosong tidak. Tiap hari ada, walaupun cuma tiga atau lima yang laku. Pasti ada. Kalau pulang dengan tangan kosong, memang begitu istilahnya kalau dagang. Ada yang ramai pembeli, ada yang sepi. Jadi kita harus sabari saja," ungkap Kakek Ahmad.

Baca Juga: Pemimpin Alkhairaat Wafat, Wali Kota Palu Minta Warga Kibarkan Bendera Setengah Tiang

Selain berjualan bendera, Kakek Ahmad juga kerap bekerja sebagai buruh bangunan. Profesinya sebagai penjual bendera hanya saat mendekati perayaan 17 Agustus. Semua ini dilakukan agar keluarga Kakek Ahmad tidak mati kelaparan.

"Iya, selain jualan bendera saya juga kerja buruh bangunan. Apa saja yang menghalalkan bisa kasih makan anak dan istri. Anak saya satu," terang dia.

Selama pandemi Covid-19 melanda, Kakek Ahmad ternyata harus lebih kreatif untuk mencari penghasilan. Penyebabnya, karena tantangan berjualan di tengah pandemi sangat berbeda dengan berjualan di tahun-tahun sebelumnya.

Belum lagi, bendera yang dijual Kakek Ahmad menggunakan modal sendiri. Berbeda dengan pedagang bendera lain yang sudah dimodali sejak awal oleh bos. Mereka hanya berjualan bendera dengan cara ditarget.

"Barang yang saya jual barang kontan. Jadi kalau tidak laku simpan. Beda yang macam pedagang di Pettarani, dia sistem komisi saja. Jika tidak laku, dikasih kembali sama bosnya yang dari Jawa," ungkap dia.

Karena itu, setiap ada warga yang datang menawar dengan harga yang tidak terlalu rendah dari harga bendera yang dipasarkan pasti akan diberikan. Belum lagi, kata Kakek Ahmad, kegiatan perayaan 17 Agustus sekarang ini seakan sudah hampir sirna.

Load More