Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Kamis, 14 Januari 2021 | 09:35 WIB
Salah seorang penembak jitu (sniper) saat bertugas menjaga pengamanan selama berlangsungnya peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika di Jakarta, Senin (20/4).

Soetjipto Joedodihardjo memutuskan mundur dari jabatannya sebagai Kapolri. Langkah ini diambil untuk mencegah terjadinya konflik yang lebih besar.

Apalagi saat itu situasi politik dan keamanan dalam negeri sedang panas.

Salah seorang penembak jitu (sniper) saat bertugas menjaga pengamanan selama berlangsungnya peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika di Jakarta, Senin (20/4).

Versi lain diceritakan dalam buku biografi Anton Soedjarwo berjudul "Mengenang Jenderal Polisi Anton Soedjarwo Pribadi, Visi, dan Misinya" yang diterbitkan Alumni Inspektur Polisi ABCDE tahun 2002.

Konflik antara Anton dan Jenderal Polisi Soetjipto Joedodihardjo tidak berujung pencopotan Anton sebagai Komandan Resimen Pelopor. 

Baca Juga: 19 Bulan Anggota Brimob Ini Pergi Tanpa Izin, Tinggalkan Tugas Kantor

Awalnya Kapolri Jenderal Polisi Soetjipto Joedodihardjo memang berniat mencopot Anton.  Soetijpto menawarkan AKBP Soetrisno Ilham sebagai pengganti Anton. 

Tawaran Kapolri ini ditolak Soetrisno Ilham. Setelah melalui perbebatan panas, akhirnya niatan mencopot Anton sebagai Komandan Resimen Pelopor urung dilaksanakan. 

Biarpun Anton batal diganti, ketegangan di tubuh Brimob masih terjadi. Soetrisno akhirnya mengusulkan Anton berbicara empat mata dengan Kapolri.

Anton setuju. Soetrisno lalu menghadap Kapolri langsung. Ia menjelaskan tujuannya ke Kapolri. Kapolri setuju bertemu dengan Anton.

“Tris, besok pagi jam 9, Anton supaya menjemput saya disini dengan kendaraannya, dan berpakaian preman, sendirian,” ujar Kapolri.

Baca Juga: Empat Anggota Brimob Polda Sulsel Dipecat, Ini Pelanggaran Beratnya

Keesokan harinya Anton datang menjemput Kapolri. Pertemuan keduanya berlangsung di sebuah taman kecil di Jalan Barito.

Load More