Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Rabu, 14 Oktober 2020 | 19:06 WIB
Ilustrasi pelecehan seksual (Pixabay).

Setelah tiba di depan ruangan Wakapolres Takalar, PAK langsung dipersilahkan masuk dan duduk di sebuah kursi yang terdapat di dalam ruangan itu.

"Kayaknya waktu menelpon, dia (PAK) sudah ada di lingkungan Polres itu. Karena tidak lama dia datang betul, dan masuk di ruangan saya. Jadi saya persilahkan duduk," ujar N.

Di dalam ruangan, N bertanya kepada PAK, mengenai SIM apa saja yang ini diambil perempuan itu.

"Dia bilang SIM A dengan C. Jadi dia tanya lagi berapa kira-kira itu biayanya," kata dia.

Baca Juga: Perwira Polisi di Sulsel Diduga Lecehkan Istri Orang, Jabatan Dicopot

N mengaku tidak dapat memastikan terkait berapa banyak ongkos biaya pembuatan SIM yang harus dikeluarkan PAK. N beralasan takut salah jika dirinya langsung memastikan jumlah biaya pembuatan SIM.

Sebab itu, N mengarahkan PAK untuk langsung mendatangi ruangan pembuatan SIM yang berada di Polres Takalar untuk mendapat kepastian biaya pembuatan SIM.

Hanya saja, PAK tidak langsung meninggalkan ruangan Wakapolres Takalar. Ia tetap duduk di dalam ruangan, dan melanjutkan percakapan bersama dengan N.

Menurut N, saat berduaan di dalam ruangan, PAK justru mengalihkan pembicaraan dan tidak lagi menyinggung mengenai persoalan pembuatan SIM.

Dalam percakapan empat mata tersebut, PAK justru menyanjung dan mengagumi sosok N yang dapat menjabat sebagai Wakapolres Takalar.

Baca Juga: Parangi Tiga Tetangganya, Jalil Malah Meninggal Karena Serangan Jantung

Terlebih lagi, karena N yang mendapatkan jabatan tersebut ditugaskan di kampung halamannya sendiri.

Load More