Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Rabu, 14 Oktober 2020 | 17:59 WIB
Presiden AS, Donald Trump. [Mandel Ngan/AFP]

Meskipun baru empat kasus yang dikonfirmasi, belum jelas apakah ini merupakan hal biasa.

“Meskipun tampaknya jarang, kita masih benar-benar belum mengetahui karena kita tidak berada di sana untuk mengkaji hal itu secara seksama,” ujar Pandori.

Belum jelas mengapa kondisi kesehatan pasien di Nevada itu memburuk untuk kedua kalinya.
Pasien pertama yang juga tertular kembali untuk kedua kalinya dilaporkan terjadi di Hong Kong, dan pada penularan kedua ia tidak menunjukkan gejala apapun.

“Kasus di Hong Kong membuat kita berharap bahwa penularan untuk kedua kalinya tidak seburuk yang pertama,” ujar Rajesh Gandi, dokter penyakit menular di Harvard Medical School.

Baca Juga: Dinyatakan Positif COVID-19, Dosen UPN Veteran Yogyakarta Meninggal Dunia

Rajesh juga salah seorang perancang pedoman perawatan pasien Covid-19 di National Institutes of Health dan Masyarakat Penyakit Menular di Amerika. Ia tidak ikut ambil bagian dalam penelitian baru-baru ini.

“Mungkin pasien di Nevada terpapar virus yang lebih kuat ketika tertular untuk kedua kalinya,” ujar Gandhi.

“Atau mungkin ada sesuatu dalam sistem kekebalan tubuhnya yang tidak memperbolehkan tubuhnya melawan penyakit itu untuk kedua kalinya.”

Ditambahkannya, para ilmuwan belum menemukan jawabannya.

Satu kemungkinan lainnya adalah virus kedua berbeda dengan yang pertama.

Baca Juga: Sehari 40 Jenazah, Kini Pasien Covid yang Dikubur di Pondok Ranggon Sedikit

“Ini tampaknya hampir tidak mungkin,” ujar Pavia, ilmuwan di Universitas Utah.

Load More