SuaraSulsel.id - Presiden Donald Trump mengatakan dirinya terlindung atau sudah kebal dari virus corona. Setelah terjangkit Covid-19, sejumlah ilmuwan pun menunjukkan bahwa seseorang bisa tertular virus itu dua kali.
“Saya sudah melewati penyakit ini. Kini mereka (tim dokter) mengatakan saya kebal,” ujar Trump ketika berkampanye di Florida, Senin (12/10).
“Saya merasa begitu kuat,” tambah Trump.
Sebuah studi baru ilmuwan merinci. Kasus seorang laki-laki Nevada yang hasil tesnya menunjukkan positif mengidap virus corona, lalu sembuh. Tapi beberapa hari kemudian kembali tertular virus itu.
Bukti itu tidak saja menimbulkan pertanyaan soal seberapa lama kekebalan tubuh pasien yang sebelumnya terjangkit virus ini dapat bertahan.
Tetapi juga meningkatkan kemungkinan bahwa vaksin belum tentu akan memberi perlindungan yang bersifat permanen.
“Benar-benar tidak bertanggung jawab ketika presiden menyatakan dirinya kebal dari Covid-19,” ujar Andrew Pavia, Kepala Divisi Penyakit Menular pada Kesehatan Anak di Universitas Utah, dikutip dari VOA Indonesia, Rabu (14/10/2020).
“Bukan sesuatu yang dapat kita katakan begitu saja tanpa dukungan ilmiah apapun,” tegasnya.
Mungkinkah Tertular Lagi?
Baca Juga: Dinyatakan Positif COVID-19, Dosen UPN Veteran Yogyakarta Meninggal Dunia
Dalam jurnal The Lancet Infectious Diseases para ilmuwan menggambarkan, kasus seorang laki-laki berusia 25 tahun yang tertular virus corona dalam dua kesempatan terpisah, dengan selisih waktu enam minggu.
Pertama, pada Maret lalu, laki-laki itu mengalami radang tenggorokan, batuk, sakit kepala, pusing dan diare.
Dalam tes di sebuah acara komunitas di Reno pada 18 April, ia diketahui positif mengidap Covid-19.
Pada April, ia dinyatakan tidak menunjukan gejala apapun. Dua tes yang dilakukan pada Mei menunjukkan ia negatif Covid-19.
Namun, pada akhir Maret, ia kembali jatuh sakit. Kali ini jauh lebih buruk dibanding sebelumnya.
Ia harus dirawat di rumah sakit dan membutuhkan alat bantu pernapasan. Inilah saat ketika kasus ini menarik perhatian Mark Pandori, Direktur Laboratorium Kesehatan Publik di Nevada, yang sekaligus ikut mengkaji studi baru ini.
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
Terkini
-
Benteng Terakhir Runtuh: Saat Ayah Kandung dan Guru Jadi Predator Paling Keji di Makassar
-
Maluku Lakukan Operasi Bypass Jantung Pertama Sejak RI Merdeka
-
Ketua PKK Sulsel Beri Hadiah Rp300 Juta di Jambore PKK 2025
-
Berapa Bulan Gaji Pemain PSM Makassar Belum Dibayar? Ini Pengakuan Manajemen
-
3 Tersangka Perumda Palu Dijebloskan ke Penjara!