SuaraSulsel.id - Psikolog Klinis Dewasa Universitas Bosowa Andi Budhy Rakhmat, menanggapi empat kasus pelecehan seksual yang terjadi di Kampus UIN Alauddin, Samata, Kabupaten Gowa. Sejak 2018 sampai 2020.
Dengan adanya peristiwa yang terus berulang ini, Budhy menduga masih ada kasus pelecehan yang belum terekspos. Karena para korban tidak mau melapor. Akibat takut menanggung malu.
Karena itu, ia berharap pihak kampus dapat membuat regulasi. Tujuannya, adalah agar mahasiswa di UIN Alauddin khususnya perempuan dapat terlindungi.
"Tidak menuntut kemungkinan banyak kasus yang tersembunyi karena orang-orang yang mengalami pelecehan itu tidak mau menyampaikan. Mungkin karena aib dan malu sebagainya," kata Budhy kepada SuaraSulsel.id, Kamis (01/10/2020).
Budhy mengatakan, kasus pelecehan dengan cara memasang kamera GoPro di toilet perempuan dan begal payudara bukan hal baru yang terjadi di Indonesia.
Hanya saja, kasus ini menjadi sorotan publik dikarenakan lokasi terjadinya pelecehan berada di institusi pendidikan.
Apalagi, kasus pelecehan tersebut terjadi di UIN Alauddin yang diketahui menerapkan nilai-nilai agama yang jauh lebih baik dibandingkan kampus-kampus lain.
Sebab itu, masyarakat akan berpikir bahwa orang-orang terpelajar dan terdidik yang semestinya menunjukan hal yang baik, justru melakukan perilaku-perilaku yang tidak pantas.
Terlebih lagi, pelaku yang terlibat melakukan pelecehan dari empat kasus di UIN Alauddin Makassar tersebut merupakan mahasiswa dan dosen.
Baca Juga: Pelecehan Seksual di Kampus UIN Alauddin Terus Berulang, Ini Kata Psikolog
Menurut Andi Budhy, dalam kasus pelecehan sebenarnya tidak memandang bulu. Semua orang pun dapat melakukan kejahatan itu.
Akan tetapi, orang yang terdidik memiliki kemampuan untuk mengontrol diri jauh lebih baik dibandingkan dengan masyarakat biasa. Dalam dunia psikolog dikenal dengan sebutan seks kontrol.
"Istilahnya kita itu, seks kontrol namanya. Jadi kemampuan kita untuk mengendalikan diri dan dapat mempertimbangkan potensi-potensi buruk yang terjadi ketika kita melakukan perilaku tersebut," kata Budhy kepada SuaraSulsel.id
Budhy mengemukakan, pada dasarnya insting atau dorongan seksual yang terjadi pada laki-laki sebenarnya sangat besar. Namun, yang dapat membatasi semua itu adalah nilai keagamaan, moral, dan norma sosial.
Sehingga, dorongan-dorongan untuk melakukan pelecehan tidak diterapkan dan hanya menjadi sebatas bayangan-bayangan saja.
Penyebab timbulnya pelecehan seksual di dalam kampus
Berita Terkait
Terpopuler
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- 5 Mobil Sedan Bekas yang Jarang Rewel untuk Orang Tua
- 5 Sepatu Lari Hoka Diskon 50% di Sports Station, Akhir Tahun Makin Hemat
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman Skechers Buat Jalan-Jalan, Cocok Buat Traveling dan Harian
- 6 Mobil Bekas untuk Pemula atau Pasangan Muda, Praktis dan Serba Hemat
Pilihan
-
Bukan Sekadar Tenda: Menanti Ruang Aman bagi Perempuan di Pengungsian
-
4 Rekomendasi HP Xiaomi Murah, RAM Besar Memori Jumbo untuk Pengguna Aktif
-
Cek di Sini Jadwal Lengkap Pengumuman BI-Rate Tahun 2026
-
Seluruh Gubernur Wajib Umumkan Kenaikan UMP 2026 Hari Ini
-
Indosat Gandeng Arsari dan Northstar Bangun FiberCo Independent, Dana Rp14,6 Triliun Dikucurkan!
Terkini
-
Inilah Daftar Gaji Minimum Pekerja di Kota Makassar Mulai 2026
-
Stok Aman, Harga Agak Goyah: Cek Harga Bahan Pokok di Palu Jelang Natal & Tahun Baru 2026
-
Gubernur Sulsel Groundbreaking 'Jalan Tol' 35 KM Hubungkan Luwu Timur dan Sulawesi Tengah
-
BI Sultra Siapkan Rp980 Miliar Uang Tunai untuk Nataru 2025/2026
-
Makassar Bidik 6,18 Juta Wisatawan di 2025, Apa Strateginya?