SPPG Aceh Beralih ke Bahan Baku Lokal dan Briket Batu Bara

Mendorong para pengelola Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi untuk berkreasi

Muhammad Yunus
Rabu, 03 Desember 2025 | 21:40 WIB
SPPG Aceh Beralih ke Bahan Baku Lokal dan Briket Batu Bara
Para pengelola Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang terdampak banjir di Aceh berinovasi dalam menyajikan menu Makan Bergizi Gratis (MBG) dengan menu lokal. [Dok. BGN]
Baca 10 detik
  • Bencana banjir di Aceh, Sumut, dan Sumbar mendorong SPPG mengganti menu dengan bahan pangan lokal karena kelangkaan stok.
  • Kekurangan pasokan gas, air bersih, dan listrik menyebabkan penghentian operasional sementara 19 SPPG di Bireun.
  • SPPG mengalihkan penerima manfaat program MBG dari siswa menjadi bantuan korban bencana di Bireun.

SuaraSulsel.id - Bencana banjir yang melanda Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara dan Sumatera Barat mendorong para pengelola Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) untuk berkreasi.

“Kami sedang berupaya untuk mengganti menu dengan menu lokal karena bahan pangan untuk SPPG-SPPG ini mengalami kelangkaan,” kata Kepala Regional SPPG Badan Gizi Nasional (BGN) Aceh, Mustafa Kamal, Rabu pagi, 3 Desember 2025.

Menurut Mustafa Kamal, mereka sudah berkoordinasi untuk mengusulkan penggantian menu yang selama ini mereka olah, dengan umbi-umbian, kacang-kacangan, tahu tempe dan juga ikan yang dibudidayakan di kolam-kolam warga.

Sebab, bahan baku makanan lokal ini masih banyak di wilayah-wilayah Aceh. “Bahan makanan lokal ini tersedia di wilayah Aceh Barat, Bireun, dan Pidie,” ujarnya

Baca Juga:Dapur MBG Tak Sesuai Standar, Insentif Fasilitas 6 Juta Per Hari Bakal Dipangkas

Kepala Regional SPPG BGN Aceh ini juga telah bertemu Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Aceh untuk membahas pasokan gas. Sebab, untuk kelancaran pasokan gas, diperlukan waktu 1 sampai 2 bulan lagi.

Mereka kemudian berencana mengganti bahan bakar gas dengan briket batu bara.

“Kemarin kami sudah bertemu ESDM Aceh yang menawarkan briket batu bara,” kata Kamal.

Persoalan lain adalah kelangkaan air bersih dan pasokan listrik. Mereka sudah menghubungi PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum), namun pihak PDAM masih belum bisa memastikan kapan bisa memperbaiki instalasi air minum yang berantakan pasca banjir.

Sampai saat ini, aliran listrik pun masih belum stabil. Sebab banyak instalasi dan jaringan listrik yang terendam banjir.

Baca Juga:105 SPPG di Aceh Jadi Dapur Umum, 562.676 Porsi Disalurkan ke Korban Banjir

Akibat bencana banjir, 19 SPPG di Kabupaten Bireun, terpaksa berhenti beroperasi. “Penyebab utama karena di wilayah Kabupaten Bireun telah terjadi kelangkaan bahan baku, gas, air bersih dan listrik,” demikian hasil temuan lapangan Tim Deputi Pemantauan dan Pengawasan (Tauwas) Badan Gizi Nasional, yang turun langsung ke Lokasi di bawah pimpinan Deputi Tauwas Letjen TNI (Purn.) Dadang Hendrayuda, pada Selasa, 2 Desember 2025.

Secara umum saat ini di Kabupaten Bireun, Nangroe Aceh Darussalam, terdapat 26 SPPG yang sudah beroperasi. Namun akibat bencana banjir, 2 SPPG terdampak langsung dan tidak bisa beroperasi sejak awal.

Adapun Kecamatan di Bireun yang terdampak langsung oleh bencana banjir adalah Kecamatan Jangka dan Kecamatan Peusangan.

Selama masa pemulihan pasca bencana, terdapat 21 SPPG yang kemudian mengalihkan penerima manfaat program MBG.

Jika semula MBG diberikan kepada siswa-siswa sekolah, karena sekolah diliburkan, maka MBG kemudian diserahkan kepada masyarakat, terutama untuk membantu korban bencana di Kabupaten Bireun.

Pada 26 November 2025, 21 SPPG memberikan bantuan sebanyak 62.826 paket bantuan. Kemudian pada 27 November 2025 disalurkan 30.261 paket bantuan. Pada 28 November 2025 didistribusikan 37.180 paket bantuan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini