- Unhas sedang melakukan proses pemilihan rektor
- Penggantian Bahlil Lahadalia mendapat sorotan
- Unhas menyebut penggantian Bahlil sebagai MWA hal biasa dan sesuai aturan
"In Shaa Allah tidak berkurang, karena proses PAW tidak lama lagi selesai. Unhas terus berkomunikasi dengan Kemendikti saintek terkait proses ini. Mudah-mudahan dalam waktu dekat anggota MWA PAW sudah ditetapkan," terangnya.
Sementara itu, di sisi lain, tahapan Pemilihan Rektor Unhas terus berjalan sesuai jadwal.
Berdasarkan keputusan Senat Akademik, proses penjaringan bakal calon rektor dimulai pada 11 Agustus hingga 1 September 2025, dilanjutkan tahap penyaringan pada Oktober - Desember 2025, dan pemilihan pada 14 - 28 Januari 2026.
Pelantikan rektor terpilih dijadwalkan paling lambat 28 April 2026.
Baca Juga:Inovasi Unhas: Jamur Tiram Hutan untuk Penderita Diabetes
Terdapat enam bakal calon rektor yang telah masuk tahap kampanye dan sosialisasi, yakni:
• Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc.
• Dr. Marhaen Hardjo, M.BioMed., Ph.D.
• Prof. dr. Budu, Ph.D., Sp.M(K), M.MedEd.
• Prof. Ir. Muhammad Iqbal Djawat, M.Sc., Ph.D.
• Prof. Dr. Ir. Muhammad Restu, M.P.
• Dr. Ir. Zulfikar Basri Hasanuddin, M.Eng.
Enam nama ini akan disaring oleh Senat Akademik untuk mendapatkan tiga calon dengan suara terbanyak. Ketiganya kemudian akan maju ke tahap pemilihan akhir oleh Majelis Wali Amanat (MWA).
Dalam sistem PTN-BH seperti Unhas, MWA memegang peran penting sebagai pemegang suara dalam penetapan rektor definitif.
Komposisi suara dalam pemilihan rektor terbagi menjadi dua: 35 persen suara dimiliki oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek).
Baca Juga:UNG Siap Cetak Dokter Spesialis Anestesi, Kolaborasi dengan Unhas
Sementara, 65 persen suara sisanya dibagi rata di antara anggota MWA lainnya.
Pemilihan dilakukan secara tertutup melalui rapat pleno MWA. Calon rektor yang memperoleh suara terbanyak dari total bobot tersebut akan ditetapkan sebagai rektor terpilih periode 2026–2030.
"Prinsipnya, seluruh tahapan akan berjalan objektif dan transparan. Kami ingin memastikan Pilrek Unhas berlangsung kondusif, terukur, dan sesuai aturan," ujar Ishaq.
Meski pergantian anggota MWA terjadi di tengah momentum Pilrek, pihak kampus berharap publik tidak menarik kesimpulan prematur.
Unhas, kata Ishaq, memiliki sistem yang kuat untuk memastikan pemilihan rektor berlangsung tanpa intervensi politik luar.
Dengan begitu, pergantian Bahlil Lahadalia dari kursi MWA bukanlah babak panas dari drama Pilrek Unhas, melainkan bagian dari tata kelola yang berjalan sebagaimana mestinya.