- Orang-orang panik berlarian di jalanan, berteriak histeris: "Tsunami...! Tsunami...!"
- Gempa sesar geser yang memicu longsoran bawah laut. Menghasilkan tsunami setinggi 10,73 meter
- Pendidikan kebencanaan harus jadi bagian kurikulum sekolah dan budaya keluarga
![Foto udara: Kawasan yang porak-poranda akibat likuifaksi yang dipicu gempa bumi berkekuatan 7,4 SR pada 28 September 2018 di Palu Selatan, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (1/10). [Antara/Irwansyah Putra]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2018/10/09/74055-likuifaksi-palu.jpg)
Ketika Bumi Bergeser, Laut Bergelora, dan Tanah Mencair
Gempa berkekuatan magnitudo 7,4 itu berpusat di laut, 69 km dari barat laut Palu, pada kedalaman 11 kilometer.
Menurut BMKG, ini gempa sesar geser yang memicu longsoran bawah laut.
Menghasilkan tsunami setinggi 10,73 meter yang merangsek daratan hampir setengah kilometer.
Baca Juga:Kementerian PU Janji Bangunan Baru DPRD Makassar Anti Gempa dan Kebakaran
Seolah belum cukup, intensitas gempa hingga skala X MMI (ekstrem) memicu likuefaksi massal di Balaroa, Petobo, Jono Oge, dan Sibalaya.
Tanah berubah jadi lumpur hisap, "menelan" bangunan, kendaraan, bahkan manusia hidup-hidup.
Kebakaran hebat dan tanah longsor di jalur utama menuju Donggala dan perbukitan Kebun Kopi melengkapi daftar bencana.
Angka-angka bicara: 4.340 jiwa meninggal atau hilang, 4.438 luka-luka, 68.451 rumah rusak, infrastruktur lumpuh total.
Militer dikerahkan, berpacu dengan waktu, namun fasilitas komunikasi dan akses jalan yang terputus menghambat bantuan.
Baca Juga:BMKG: Makassar Belum Masuk Musim Hujan, Masyarakat Diminta Waspada Cuaca Ekstrem
![Jimmi Nugraha, salah satu saksi hidup bersama sejumlah peneliti usai gempa yang menelan korban ribuan jiwa di Palu, Sulawesi Tengah [Suara.com/Dokumentasi Jimmi Nugraha]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/09/19/19796-gempa-palu.jpg)
Tesis Menjadi Misi Kemanusiaan
Jimmi tiba di Palu seminggu sebelum gempa, untuk survei tesis S2 Teknik Geologi Unhas.
Bahkan, saat baru mendarat di Bandara Mutiara SIS Al-Jufri, gempa M 5 sudah "menyapa" seolah memberi peringatan dini.
Beberapa hari ia berkeliling, mencoba memahami dinamika bawah permukaan Palu.
Tak pernah terbayang, survei lapangan itu akan menjadi bagian dari sejarah bencana dahsyat.
Setelah kejadian, Jimmi memilih bertahan. Menyaksikan langsung, sekaligus berupaya berkontribusi di tengah krisis.