Abbas sendiri selamat, tapi kenangan dentuman meriam dan tembakan masih menempel kuat di ingatannya.
"Semua pasukan berani mati waktu itu," jelasnya.
![Abbas Gauf, Veteran RI yang pernah bertugas di operasi Trikora, Dwikora dan Seroja [SuaraSulsel.id/Lorensia Clara]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/08/13/87969-abbas-gauf-veteran-ri.jpg)
Dari Dwikora ke Seroja
Trikora usai, Abbas belum sempat bernapas lega.
Baca Juga:Sengketa Lahan 52 Hektare di Makassar, Pelapor dan Terlapor Sudah Tiga Kali Dipanggil Polisi
Pada tahun 1964, ia kembali ditugaskan dalam Operasi Dwikora atau Dwi Komando Rakyat.
Kali ini ia berlayar di perbatasan Indonesia-Malaysia, menjaga jalur laut di tengah tegangnya hubungan diplomatik.
"Di Dwikora, saya juga di kapal perang. Kita ditugaskan di perbatasan Malaysia," katanya.
Tugas berikutnya membawanya jauh ke timur lagi. Kali ini dalam Operasi Seroja di Timor Timur pada 1975.
Pria yang kini berusia 84 tahun itu bilang sudah tak lagi di kapal saat itu. Melainkan bertugas di darat mengamankan wilayah yang baru saja dilanda konflik.
"Bunyi tembakan sana-sini kedengaran, tapi kita harus siap. Mau tidak mau harus siap," ujarnya sambil tersenyum tipis.
Baca Juga:Korupsi Sistem Penyediaan Air Minum, 2 Kantor Balai di Makassar Digeledah
Meskipun konflik berakhir damai setelah Presiden Soekarno digulingkan pada 1966, kenangan perang tetap melekat dalam ingatannya.
Abbas bersyukur bisa kembali dengan selamat, berbeda dengan banyak rekannya yang gugur.
Ia kemudian pensiun dari TNI AL pada tahun 1989. Abbas sempat bekerja di kapal dagang dan kapal milik Jusuf Kalla di Kolaka selama 17 tahun sebelum akhirnya berhenti karena sakit.
"Sekarang saya sakit jantung dan sudah susah untuk berjalan," katanya pelan.
Bagi Abbas, kemerdekaan bukan sekadar kata. Ia berharap semangat mereka bisa menular ke pemuda di zaman sekarang ini.
"Kemerdekaan itu ya bebas. Bebas dari penjajah. Waktu itu kita perang dengan Belanda untuk melepaskan Irian Barat," katanya.