SuaraSulsel.id - Sebuah video viral memperlihatkan sejumlah pedagang asongan memanjat tali tambat kapal. Demi menjajakan dagangannya kepada penumpang beberapa waktu lalu.
Aksi nekat itu terjadi di Pelabuhan Makassar dan memicu kekhawatiran serius dari pengelola pelabuhan, Pelindo Regional 4.
Ternyata, di balik tindakan berbahaya demi bertahan hidup itu, ada pula risiko besar yang mengintai.
Bisa saja sertifikat keamanan internasional Pelindo 4 dicoret dari jalur pelayaran dunia.
Baca Juga:Penumpang KM Tidar Diduga Terjun ke Laut di Makassar, Pencarian Masih Berlangsung
Hal tersebut diungkapkan General Manager Pelindo Regional 4 Makassar, Iwan Sjarifuddin kepada media.
"Kalau terjadi kecelakaan pada saat mereka naik kapal dengan cara ilegal, pelabuhan kita bisa kehilangan sertifikat ISPS Code. Kalau itu sampai dicabut, kapal-kapal internasional tidak akan bisa lagi masuk ke Makassar. Dampaknya sangat serius," kata Iwan, Minggu, 1 Juni 2025.
ISPS Code atau International Ship and Port Facility Security Code adalah standar internasional yang mengatur keamanan pelabuhan dan kapal.
Pelabuhan yang tak memenuhi standar ini akan di-blacklist dari pelayaran global. Dengan kata lain, aktivitas ekspor-impor bisa lumpuh.
"Kita tidak makan lagi roti, karena gandumnya dari luar negeri. Kita juga mungkin minum kopi atau teh tawar, karena gula kita impor dari Brazil. Kemarin baru masuk 20 ribu ton. Persediaan gula kita dari pabrik di Bone dan Takalar selama ini tidak cukup," jelasnya.
Baca Juga:Nyaris Tewas! Polisi Ditembak di Makassar, Peluru Tembus Dada
"Kalau pelayaran internasional tidak bisa lagi masuk ke sini, bayangkan efeknya. Dampaknya bukan hanya ke Makassar dan Sulsel, tapi satu Indonesia," tegas Iwan.
Ia menambahkan, meski tekanan ekonomi jadi alasan banyak pedagang nekat menerobos aturan, Iwan menegaskan bahwa usaha mencari nafkah harus tetap dilakukan dengan cara legal.
"Kami paham, mereka ingin makan. Tapi bukan berarti boleh melanggar hukum dan membahayakan keselamatan. Mereka bilang kami hanya mau makan, iya, betul kami paham. Tapi mesti lewat cara legal," sebutnya.
Untuk mengantisipasi kejadian serupa, Pelindo Regional 4 telah melakukan peningkatan fasilitas keamanan sekeliling Lini-1 ISPS Code.
Seperti, peninggian atau pembuatan pagar dan pemasangan kawat razor seperti di penjara.
Pelindo juga menutup jalan saluran air dan jembatan yang selama ini jadi pintu masuk ilegal pedagang asongan.
Masalah lain yang mengemuka adalah kesan "menyeramkan" yang kerap dirasakan penumpang transportasi laut saat tiba atau berangkat dari Pelabuhan Makassar.
"Banyak penumpang yang bilang merasa ditipu. Belum sempat deal ongkos angkutan, sudah dianggap sepakat. Ada yang merasa dipalak. Ini mencoreng citra pelabuhan," ungkap Iwan.
Untuk itu, Pelindo berkomitmen melakukan penataan ulang area terminal penumpang dengan dukungan dari KSOP Utama Makassar, aparat keamanan, serta stakeholder lainnya.
Persoalan Sosial
Executive Director Pelindo Regional 4, Abdul Azis mengakui permasalahan ini tidak bisa diselesaikan hanya dengan pendekatan keamanan.
Ia menyebut kawasan pelabuhan sebagai ruang sosial yang tak terpisahkan dari kehidupan warga sekitar.
"Kami memahami bahwa pelabuhan bukan hanya ruang logistik, tapi juga ruang sosial. Oleh karena itu, penataan yang kami lakukan selalu mengedepankan pendekatan humanis, komunikatif, dan kolaboratif," kata Azis.
Pelindo mengaku telah mendata para pedagang asongan dan bekerja sama dengan pihak kelurahan untuk memastikan mereka adalah warga lokal.
Pendekatan persuasif dilakukan lewat spanduk peringatan, sosialisasi, hingga pembentukan tim Customer Service permanen di Terminal 2 untuk membantu penumpang dan menertibkan kawasan.
Selain itu, Pelindo juga tengah mempersiapkan program pemberdayaan ekonomi alternatif bagi para pedagang sebagai bagian dari Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) perusahaan.
Dengan tantangan keamanan, sosial, dan citra layanan yang rumit, Pelabuhan Makassar seperti berdiri di dua sisi.
Satu kaki di jalur perdagangan global, kaki lain di tengah denyut kehidupan informal masyarakat sekitar.
Catat Pertumbuhan Positif di Kuartal I 2025
Di satu sisi, PT Pelabuhan Indonesia (Persero) Regional 4 mencatatkan kinerja positif sepanjang Kuartal I Tahun 2025 secara konsolidasi.
Tiga indikator utama operasional pelabuhan yaitu arus penumpang, arus peti kemas, dan arus kapal mengalami peningkatan signifikan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Ini menandakan momentum pemulihan dan pertumbuhan ekonomi Kawasan Timur Indonesia (KTI) yang terus menguat.
Berdasarkan data konsolidasi operasional, arus penumpang tercatat meningkat sebesar 20,87 persen dari 2.323.310 penumpang pada kuartal I tahun lalu.
Arus peti kemas juga tercatat meningkat 3,40 persen atau menjadi 786.924 TEUs di kuartal I tahun ini yang mencerminkan stabilnya aktivitas perdagangan dan distribusi logistik.
Peningkatan signifikan juga terlihat pada arus kapal yang naik hingga 23,69 persen atau meningkat jadi 35.608 call kapal hingga April 2025.
Didorong oleh meningkatnya permintaan layanan pelabuhan dan kepercayaan pengguna jasa terhadap layanan Pelindo Regional 4.
"Kinerja positif pada awal tahun ini menjadi penanda bahwa strategi pelayanan yang efisien, peningkatan digitalisasi, serta kerja sama yang solid dengan mitra dan stakeholder membuahkan hasil nyata. Kami optimistis tren ini akan terus berlanjut," kata Executive Director 4 Pelindo Regional 4, Abdul Azis.
Division Head Operasi Pelindo Regional 4, Yusida M. Palesang menambahkan, pertumbuhan arus kapal sampai periode April 2025 antara lain disebabkan meningkatnya kegiatan kapal tongkang batu bara Pelabuhan Balikpapan dan Samarinda.
Meningkatnya kegiatan kapal Roro di Pelabuhan Pantoloan, meningkatnya kegiatan kapal curah kering dan kapal peti kemas luar negeri di Pelabuhan Makassar, serta meningkatnya kunjungan kapal Roro dan kapal penumpang antar pulau di Pelabuhan Parepare.
Sementara, pertumbuhan arus peti kemas kuartal I 2025 dibandingkan periode yang sama tahun lalu dipicu oleh adanya tambahan peti kemas ekspor PT Meratus dan meningkatnya throughput peti kemas PT SPIL di Terminal Peti Kemas (TPK) Bitung.
Lalu, meningkatnya permintaan barang konsumtif menjelang kegiatan hari raya di TPK Makassar dan Makassar New Port (MNP), meningkatnya kegiatan untuk muat hasil pertanian (kelapa) di Pelabuhan Pantoloan.
"Serta meningkatnya kegiatan bongkaran komoditas pupuk di Pelabuhan Gorontalo dan meningkatnya peti kemas komoditas sembako untuk kebutuhan masyarakat di Pelabuhan Samarinda," terang Yusida.
Arus penumpang yang juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan menurut dia, disebabkan oleh berlakunya Centralized Ticketing Terminal (CTT) di Pelabuhan Bastiong Ternate.
"Selain itu juga, adanya peningkatan kegiatan kapal penumpang di hari libur tahun baru dan Hari Raya Idulfitri yang berdekatan pada Pelabuhan Ambon, Makassar, dan Pelabuhan Manokwari," ucap Yusida.
Kontributor : Lorensia Clara Tambing