Sementara, untuk pelaku IS berperan menerima STNK asli yang telah dihapus tulisannya tadi dari AR.
Tersangka IS kemudian mengedit STNK asli tersebut menggunakan aplikasi Photoshop sesuai dengan data yang diberikan pelaku AR.
IS juga ditugaskan oleh AR mencetak STNK tersebut dan dibayar Rp50 ribu per lembar.
Selanjutnya, pelaku GSL dan DT, berperan mencari pemilik kendaraan yang ingin memesan STNK dan plat palsu.
Baca Juga:Peluang Saldo DANA Kaget Ratusan Ribu untuk Warga Sulsel Hari Ini, Cek Link!
Ia kemudian melanjutkan pesanan itu ke pelaku AR dengan harga Rp2,5 juta. Sehingga GSL dan DT mendapatkan keuntungan sebesar Rp500 ribu per STNK.
Para pelaku disebut sudah menjalankan aksinya selama dua tahun. Mereka berpindah-pindah bahkan sampai Papua.
"Berdasarkan hasil keterangan ada 300 (STNK). Pelaku ini ada yang dari Sulawesi Tengah, Sultra bahkan, ada ke Papua. Papua ada STNK asli tapi palsu digunakan disana," jelasnya.
Akibat perbuatannya para pelaku dijerat pasal 363 ayat (1) dan ayat (2) juncto pasal 55 ayat (1) ke-1 dan pasal 56 KUHP dengan ancaman pidana penjara selama 6 tahun.
Polisi masih memburu pelaku lainnya yang diduga terlibat, termasuk mata rantai pemasok STNK kadaluarsa dan pihak yang membantu proses pencetakan ilegal.
Baca Juga:Wisata Sulawesi Selatan Naik Kereta Api? Ini Rute Unik yang Bikin Liburan Tak Terlupakan
Tim Resmob terus mendalami peran masing-masing pelaku dan kemungkinan keterlibatan oknum tertentu.