Metode Unik: Menghafal Lewat Suara dan Penglihatan
Salah satu mahasiswa Fakultas Psikologi UNM yang terlibat, Nur Lathifah Dzakiyyah Aqilah, menjelaskan bahwa dalam program ini diterapkan dua metode utama dalam menghafal, yaitu melalui suara dan penglihatan.
"Warga binaan diperdengarkan ayat terakhir dari Surah Al-Baqarah, yang diputar sebanyak tiga kali. Kemudian, ayat tersebut ditulis di atas kertas dan dibaca ulang sebanyak 10 hingga 20 kali. Dari sini, kami bisa mengidentifikasi apakah mereka lebih mudah menghafal melalui pendengaran atau penglihatan," paparnya.
Metode ini memungkinkan setiap warga binaan menemukan cara hafalan yang paling sesuai dengan kemampuan mereka, sehingga proses menghafal menjadi lebih efektif dan berkesan.
Baca Juga:Umat Kristen di Makassar Bagi Takjil: Bukti Toleransi yang Menyentuh Hati di Bulan Ramadan
Harapan Baru dari Balik Jeruji
Program ini bukan sekadar mengajarkan hafalan Al-Qur’an, tetapi juga memberi harapan dan arah baru bagi para warga binaan.
Dengan pembiasaan membaca dan menghafal ayat-ayat suci, diharapkan mereka bisa mengalami perubahan positif yang berkelanjutan.
"Kami ingin warga binaan memiliki sesuatu yang berharga untuk dibawa setelah mereka bebas. Dengan hafalan Al-Qur’an ini, semoga mereka dapat menjalani kehidupan yang lebih baik dan penuh makna di luar sana," tutup Jayadi.
Di balik jeruji, cahaya harapan tetap menyala. Hafalan demi hafalan yang mereka lantunkan bukan hanya sekadar kata, tetapi juga doa dan ikhtiar untuk masa depan yang lebih baik.
Baca Juga:"Toleransi Menyentuh Hati: Kisah Dai di Toraja Utara Buktikan Indahnya Keberagaman"