"Artinya, air yang mereka gunakan dicemari bakteri ecoli," kata Azzahra.
Setidaknya, lumpur tinja yang mengendap harus disedot secara rutin setiap 2-3 tahun sekali.
Azzahra dan Nur mengatakan bahwa warga bingung bagaimana cara menyedot limbah jamban? Selain itu biayanya juga mahal.
"Jadinya, air limbah jamban dari tangki dibuang ke drainase, kanal atau empang," sebutnya.
Baca Juga:Daftar Tunggu Haji Kabupaten Bantaeng 47 Tahun, Paling Lama di Sulawesi Selatan
Mereka menegaskan sanitasi yang aman harus dimulai dari level rumah per rumah. Kemudian harus ada edukasi dan kebijakan dari Dinas Kesehatan dan dinas PUPR terkait sanitasi.
Yayasan BaKTI bekerja sama dengan Unicef dan Pemprov Sulsel mendukung akselerasi pembangunan sanitasi aman di saat Provinsi Sulsel dinyatakan provinsi Stop BABS atau Bebas dari Buang Air Besar Sembarangan.
Salah satu fokus kegiatannya adalah berkolaborasi dengan stakeholder pengelolaan air limbah domestik untuk penyelenggaraan sanitasi aman di sejumlah kabupaten dan kota.
Gala Sanitas Aman untuk Anak Muda ini merupakan rangkaian kegiatan membangun kolaborasi dengan universitas, Pokja PKP (Kelompok Kerja Perumahan dan Kawasan Permukiman), dan NGO.
Kontributor : Lorensia Clara Tambing
Baca Juga:Jumlah Petani di Sulawesi Selatan Makin Berkurang, Regenerasi Gagal