SuaraSulsel.id - Danau Tempe di Sulawesi Selatan adalah salah satu danau tektonik purba yang ada di Indonesia. Luasnya mencapai 350 km persegi dan kedalamannya mencapai 5,5 meter.
Danau ini membela tiga kabupaten yaitu Wajo, Sidenreng Rappang, dan Soppeng dan jadi penghubung antara Selat Makassar, Teluk Bone,dan Teluk Parepare. Karena luasnya itu, danau Tempe adalah yang terluas kedua di Sulawesi, setelah danau Poso di Sulawesi Tengah.
Perairan ini awalnya terbentuk di akhir zaman es, sekitar 20.000-10.000 tahun Sebelum Masehi (SM). Dimana, daratan es mulai mencair dan air laut mulai naik.
Lalu pada zaman Holosen Tua sekitar 10.000-6.000 SM, terjadi proses geologis berupa pergeseran dan benturan lempengan tektonik. Ada benturan antara Lempeng Australia dan Eurasia yang menyebabkan terjadinya pengangkatan pada daerah sekitar Danau Tempe Purba.
Baca Juga:Gibran Rakabuming Akan Blusukan ke Tana Toraja Sulawesi Selatan
Pengangkatan daratan ini menyebabkan danau tempe terpisah menjadi tiga perairan, yaitu Danau Buaya, Danau Tempe, dan Danau Sidenreng.
Warga sekitar percaya nama danau tempe berasal dari kata Cempe atau kacang dalam bahasa bugis. Sebab, masyarakat di pinggir danau itu merupakan petani kacang merah atau red beans.
Warga disana adalah penghasil kacang merah terbesar pada abad ke-8 Masehi sampai ke abad 14 Masehi. Bahkan jadi komoditas paling mahal di Eropa kala itu.
Danau Tempe juga punya peran penting dalam kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat. Danau ini jadi rumah bagi ribuan nelayan.
Mereka menggantungkan hidup pada ikan air tawar yang melimpah. Spesiesnya bermacam-macam, bahkan ada 62 jenis ikan endemik yang tidak ditemukan di tempat lain.
Baca Juga:Kontingen Sulsel Berangkat ke POMNas XVIII Kalimantan Selatan Menggunakan Kapal Laut
Salah satunya adalah Bale Bungo yang sudah masuk kategori ikan langka. Selain ikan air tawar untuk dikonsumsi, Danau Tempe juga memiliki ikan hias air tawar bernama Celebes Rainbow.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga mencatat Danau Tempe adalah penghasil ikan air tawar di dunia. Itu karena ada 1 sungai dan 28 anak sungai yang bermuara di danau tersebut.
Untuk melestarikan danau tersebut, masyarakat sekitar menggelar festival Danau Tempe yang diadakan pada bulan Agustus setiap tahunnya. Festival tersebut berupa ritual nelayan yang disebut Maccera Tappareng atau upacara menyucikan danau.
Upacara ini ditandai dengan pemotongan sapi yang dipimpin oleh ketua nelayan yang diikuti dengan berbagai atraksi perahu-perahu tradisional yang digunakan nelayan mencari ikan.
Kontributor : Lorensia Clara Tambing