Tulus dan Tuli Berdaya

Perjuangan kelompok disabilitas di Kota Makassar mencari pekerjaan

Muhammad Yunus
Selasa, 27 Desember 2022 | 04:48 WIB
Tulus dan Tuli Berdaya
Kafe Tulus berhasil membantu berdayakan disabilitas tuli. Kafe Tulus menjadi ruang inklusif, menjadi tempat belajar menerima dan menghargai perbedaan [SuaraSulsel.id/Istimewa]

Setelah Riri berhenti kerja di Kafe Kopi Lain Hati karena kafenya tutup, Didi memanggilnya kerja di Kafe Tulus. Cafe yang terletak di Jalan Ujung Bori Makassar ini memiliki konsep ramah terhadap teman- teman disabilitas.

Kafe Tulus berhasil membantu berdayakan disabilitas tuli. Kafe Tulus menjadi ruang inklusif, menjadi tempat belajar menerima dan menghargai perbedaan.

Salah satu non disabilitas, Anti yang sering berkunjung ke kafe ini sedikit demi sedikit bisa berbahasa isyarat.

Saat ditemui di Kafe Tulus, ia mengatakan awalnya tertarik dengan Bahasa isyarat ketika ia menyaksikan dua teman tuli yang saling berkomunikasi. Namun jarak mereka berjauhan. Anti takjub dengan hal itu.

Baca Juga:4 Zodiak yang Dikenal Paling Pemaaf, Selalu Mau Memberi Kesempatan Kedua

“Hari itu saya duduk di sudut kafe. Terus saya lihat ada teman tuli yang duduk di sudut itu komunikasi dengan teman tuli yang lain di sudut berbeda. Sudut dengan sudut lah. Di situ saya takjub sekali. Wah, komunikasi mereka bisa tetap jalan tanpa harus mengeluarkan energi berteriak. Mereka diam tapi komunikasi tetap terjalin."

Sejak saat itu, Anti mulai terbuka dengan kehadiran teman- teman disabilitas. Sebelumnya ia memang selalu satu ruang dengan disabilitas. Misalnya saat ia dan teman- temannya membuat pelatihan animasi untuk disabilitas.

“Awalnya dari pelatihan animasi. Tapi di situ peranku tidak bagaimana sekali ji. Kulihat- lihat ji teman tuli belajar. Di sini pi kafe Tulus baru terbuka ka kurasa,” tutur Anti dalam logat Makassar.

Puncak keinginan Anti belajar bahasa isyarat ketika temannya yang merupakan Juru Bahasa Isyarat (JBI) itu ingin belajar mengaji.

Tujuannya, agar ia bisa mengajari teman tuli membaca Alquran. Itu rencana yang mereka buat. Namun konsep tersebut tidak berjalan sesuai yang mereka inginkan.

Baca Juga:Bentuk 4 Karakter Circle Ini di Kampus agar Kamu Bahagia Sampai Lulus!

Saat Anti mengajari temannya itu mengaji, salah satu teman tuli yang kerap berkunjung ke kafe Tulus itu juga tertarik ikutan. Makin lama, makin banyak teman tuli yang ingin belajar mengaji.

“Kan rencananya saya ajari itu temanku yang JBI, terus nanti dia yang ajari teman tuli mengaji. Tapi makin lama makin banyak yang datang. Awalnya itu saya ajari teman tuli, ya mengandalkan gerakan bibir dan sedikit bahasa isyarat yang kutahu. Tapi lama kelamaan saya merasa kewalahan hanya dengan mengandalkan itu,” kenang Anti.

Salah satu teman tuli akhirnya merekomendasikan kelas belajar bahasa isyarat kepada Anti. Kelas berbayar dengan sepuluh kali pertemuan tersebut membuatnya paham dengan bahasa isyarat.

Ia membulatkan tekad belajar Bahasa isyarat karena menurutnya ia telah diberi privilege oleh Tuhan untuk dekat dengan disabilitas tuli. Untuk bisa berinteraksi dengan mereka, yah harus belajar Bahasa isyarat.

Lain halnya dengan Uki. Meskipun belum bisa menggunakan Bahasa isyarat, ia sangat suka datang ke Kafe Tulus. Saat mengerjakan tugas atau ingin menyelesaikan satu tulisan, Uki sapaan akrabnya memilih Kafe Tulus. Menurutnya ada kedamaian tersendiri yang ia rasakan Ketika melihat aktivitas di Kafe Tulus.

“Ada kedamaian tersendiri saat melihat aktivitas yang ada di sini. Ada satu momen yang kayak tidak ada sekali perbedaan. Saat itu saya melihat teman disabilitas berkomunikasi, kek harmoni sekali begitu e, kek ada kedamaian sendiri yang tiba- tiba kurasakan,” tutur Uki dalam dialek Makassar

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini