Gita Wirjawan Sebut Kecerdasan Artifisial dan Rekayasa Genetika Bisa Sembuhkan Berbagai Penyakit dan Memperpanjang Usia

Gita Wirjawan memaparkan sejumlah tren disruptif

Muhammad Yunus
Rabu, 12 Oktober 2022 | 14:40 WIB
Gita Wirjawan Sebut Kecerdasan Artifisial dan Rekayasa Genetika Bisa Sembuhkan Berbagai Penyakit dan Memperpanjang Usia
Mantan Menteri Perdagangan Republik Indonesia periode 2011-2014, Gita Wirjawan [SuaraSulsel.id/Dokumentasi]

SuaraSulsel.id - Mantan Menteri Perdagangan Republik Indonesia periode 2011-2014, Gita Wirjawan memaparkan sejumlah tren disruptif. Akan mengubah kehidupan manusia di masa depan, mulai dari pembayaran digital hingga rekayasa genetika.

"Kita melihat ada beberapa tren yang cukup disruptif dan perlu diperhatikan dan sangat akan mengubah. Bukan hanya hidup tapi kehidupan dari kemanusiaan ke depan," ujar Gita dalam paparannya dalam acara Telkom CX Summit 2022 yang diikuti virtual, Rabu 12 Oktober 2022.

Tren yang dimaksud antara lain banyaknya modal dan energi yang bisa dimanfaatkan di masa depan. Gita menyebut bahwa ada banyak sekali modal dalam jumlah besar yang tersedia.

Namun sayangnya modal tersebut masih berada di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, China, dan Jepang dengan nilai mencapai 100 triliun dollar AS.

Baca Juga:Dapat 'Memodifikasi' Hewan, Ini 3 Keuntungan dan Kerugian Rekayasa Genetika

Selain itu, terdapat pula energi yang berasal dari tenaga surya yang bisa dimanfaatkan di masa depan. Saat ini, sudah ada teknologi yang bisa menyerap dan menyimpan energi tersebut dengan efektif dan efisien.

"Tinggal kita tunggu saja teknologi tersebut untuk lebih bisa mendistribusikan energi yang terserap dan tersimpan," ucap dia.

Tren disruptif selanjutnya berada di sektor keuangan. Gita mengatakan saat ini sektor tersebut sudah tersentuh dengan inovasi dan teknologi yang semakin maju yang memiliki potensi besar di masa depan.

Dia mencontohkan China yang telah berhasil tumbuh dengan pembayaran digital. Tahun lalu, kata dia, jumlah pembayaran digital yang terjadi di Tiongkok mencapai 60 triliun dollar AS, sedangkan di Indonesia baru sekitar 100 miliar dolar AS.

"Ini menggambarkan betapa kita masih di belakang Tiongkok tapi betapa besarnya peluang yang ada di jasa keuangan ke depan yang bisa disentuh dengan inovasi teknologi yang semakin maju," ujar Gita.

Baca Juga:Andalkan Kecerdasan Artifisial, Platform Job-Matching Ini Dibuat Khusus untuk Pencari Kerja di Era Pasca-Pandemi

Tren berikutnya adalah kecerdasan artifisial dan rekayasa genetika. Terkait rekayasa genetika, Gita menyebut bahwa dengan melakukan modifikasi genetik, terbuka kemungkinan bagi manusia untuk bisa meningkatkan kecerdasan, menyembuhkan berbagai penyakit, hingga memperpanjang usia di masa depan.

Tren terakhir adalah pertemuan antara kecerdasan artifisial dan kecerdasan biologis yang diyakini Gita bisa melahirkan hal-hal luar biasa di masa depan.

"Mungkin dalam 20 sampai 30 tahun ke depan intelegensi manusia bisa meningkat bukan hanya ratusan kali tapi ribuan kali, apabila intersection tersebut bisa dikawal, dirawat, dipupuk secara bijaksana," ucap Gita.

"Tentunya ini sangat memerlukan diskursus yang multidimensional melibatkan unsur kultural, unsur sosial, ekonomi, teknologi, spiritual, religi, dan lain-lain," tambah dia. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini