Penjual Nasi Kuning di Kota Makassar Marah-marah

Harga telur ayam ras di Kota Makassar naik drastis

Muhammad Yunus
Kamis, 25 Agustus 2022 | 12:31 WIB
Penjual Nasi Kuning di Kota Makassar Marah-marah
Pedagang dan pembeli mengeluhkan harga telur yang naik drastis sepekan terakhir di Kota Makassar [SuaraSulsel.id/Lorensia Clara Tambing]

SuaraSulsel.id - Harga telur ayam ras di Kota Makassar naik drastis. Konsumen mengeluhkan harga naik sudah sepekan terakhir. Beberapa pengusaha kuliner pun marah dengan kondisi ini.

Di pasar tradisional Daya, harga telur mengalami kenaikan Rp7.000 per rak. Padahal harga sebelumnya hanya Rp45 ribu. Kini menjadi Rp52 ribu.

Salah satu pedagang, Murniah mengatakan harga telur sempat melandai setelah lebaran Idul Adha. Namun, sepekan terakhir meningkat drastis.

Biasanya, kata Murniah, harga telur dari peternak dibanderol Rp40 ribu per rak. Kini dinaikkan menjadi Rp45 ribu karena produksi berkurang.

Baca Juga:Tandang ke Malaysia, Bus Suporter PSM Makassar Diserang yang Akibatkan Korban Luka

"Dari peternak juga harga naik. Biasanya kita dapat Rp40 ribu per rak, sekarang mereka naikkan Rp45.500 ribu," ungkapnya.

Hal yang sama terjadi di Pasar Terong. Dari hasil pantauan pada Kamis 25 Agustus 2022, harga telur menyentuh angka Rp52 ribu hingga Rp55 ribu per rak.

"Lagi naik sekali. Ini penjual nasi kuning pada marah-marah," kata salah satu pedagang, Syaiful, Kamis 25 Agustus 2022.

Syaiful mengaku tak tahu pasti kenapa harga telur naik. Mereka hanya mengikuti harga pasar dari peternak.

"Kalau stok aman saja, banyak yang masuk. Tapi tidak tahu kenapa peternak naikkan harga," ungkapnya.

Baca Juga:CEK FAKTA: Harga Telur Tertinggi dalam Sejarah, Akibat Banyaknya Bansos

Kenaikan harga telur membuat pengusaha rumah makan menjerit. Pemerintah diharap bisa segera menstabilkan harga di pasaran.

Penjual nasi kuning di jalan Maccini Raya, Kota Makassar, Arni mengaku sudah hampir dua pekan terakhir mengurangi menu telur. Sebab, mereka tak bisa menaikkan harga.

"Kalau naikkan harga pasti makanan tidak laku. Jadi kalau selama ini kita pakai satu butir telur, sekarang satu telur dibagi dua," ujarnya.

Arni mengaku bingung soal harga telur yang tiba-tiba naik di pasar. Menurutnya, ini kenaikan yang paling tinggi sejak beberapa tahun terakhir.

"Saya dari tahun 2000-an menjual nasi kuning, tidak pernah naik begini harga telur. Batasnya itu hanya Rp48 ribu per rak. Ini sudah di atas Rp50 ribu, jadi sudah tidak wajar bagi kami pembeli," tegasnya.

Kepala Dinas Perdagangan Pemprov Sulsel Ashari Faksirie Radjamilo yang dikonfirmasi mengatakan kenaikan harga telur terjadi di semua daerah. Tidak hanya di Sulawesi Selatan.

Ia mengaku biasanya kenaikan dipengaruhi oleh penerimaan bantuan sosial (bansos).

"Biasanya kalau ditahu masyarakat sudah mau terima bansos, telur akan naik harganya. Karena masyarakat cenderung beli telur atau dibagikan," kata Ashari.

Masalah lain adalah harga pakan. Jika harga pakan naik, maka akan berpengaruh pula ke produksi.

"Peternak jelas naikkan harga jika harga pakan naik," bebernya.

Kendati demikian, Ashari memastikan stok telur di Sulsel aman. Bahkan beberapa daerah sekarang ini didorong jadi sentra produksi.

"Karena kan kita kirim juga ke Kalimantan, Papua kalau banyak permintaan di luar, kadang bikin naik juga (harga telur). Tapi produksi kita aman. Bahkan sekarang sentra produksi telur tidak hanya di Sidrap, tapi Bulukumba dan Jeneponto juga," bebernya.

Kontributor : Lorensia Clara Tambing

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini