"Saya masak apa yang ada. Kadang juga hanya makan nasi dan garam," katanya.
Pernah suatu hari, Taju' pernah hampir mati di tangan Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger (KNIL) atau tentara kerajaan Hindia Belanda.
Ia ketahuan saat sedang memberi kode terkait kedatangan Belanda ke lokasi Tentara Rakyat.
Sementara, Tentara Rakyat sedang bersembunyi untuk meledakkan jembatan atau jalanan. Ketika rombongan tentara Belanda datang.
Baca Juga:Perempuan Tangguh Indonesia Berdayakan 126 Penyandang Disabilitas untuk Mandiri Secara Finansial
Tentara Belanda mengejarnya dan memberondongnya dengan tembakan. Bersyukur, Taju' bisa berlari dan selamat. Setelah menemukan batu besar untuk bersembunyi.
"Saya pikir sudah ajalku saat itu. Saat dikejar, saya juga ditembak, tapi Alhamdulillah selamat. Saat itu tinggal pakaian dalam yang ada di badan. Karena baju dan rok merah saya robek semua saat lari," ujarnya.
Selama sembilan tahun di hutan, mereka tak pernah menetap lama. Para gerilyawan harus berpindah-pindah berulang kali.
"Untuk menghindari kejaran Belanda jadi pindah-pindah. Saya ikut terus dengan mereka (Tentara Rakyat) dan jadi juru masaknya," ungkapnya.
Saat Indonesia dinyatakan bebas dari penjajahan Belanda, mereka kemudian dijemput oleh tentara kota. Saat ini dikenal dengan TNI.
Baca Juga:Megawati: Tidak Wajar Kalau Alasan Perempuan Tidak Bisa Memasak Karena Bekerja
"Kita dijemput sama tentara kota untuk hidup normal. Karena waktu itu kondisi sudah dibilang aman," ungkapnya.