3 Tahun Lagi Gletser Puncak Jayawijaya Diprediksi Hilang

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memproyeksikan kenaikan suhu udara

Muhammad Yunus
Senin, 08 Agustus 2022 | 14:40 WIB
3 Tahun Lagi Gletser Puncak Jayawijaya Diprediksi Hilang
Ilustrasi: Gletser Okjokull 1 Agustus 2019 (NASA Earth Observatory)

SuaraSulsel.id - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika atau BMKG memproyeksikan kenaikan suhu udara di seluruh kota besar Indonesia pada akhir abad 21 dapat mencapai 3 derajat Celsius atau lebih.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam Rakornas BMKG tahun 2022 secara daring di Jakarta, mengatakan hal itu dapat terjadi. Apabila Indonesia tidak berhasil melakukan mitigasi perubahan iklim.

"BMKG menganalisis dan memproyeksikan suhu udara akhir abad 21 dapat mencapai 3 derajat Celsius atau lebih di seluruh kota besar di Indonesia, apabila tidak berhasil melakukan mitigasi perubahan iklim," kata Dwikorita.

Dwikorita mengungkapkan perubahan iklim telah berada pada batas kondisi kritis yang akan menjadi tantangan besar bagi Indonesia.

Baca Juga:BMKG : Ada 14 Titik Panas di Sumut, Paling Banyak di Kecamatan Sianjur Mula Mula

Dampak perubahan iklim semakin nyata dan serius, laju kenaikan suhu dalam 42 tahun terakhir telah mencapai rata-rata 0,02 derajat Celcius hingga 0,443 derajat Celcius per dekade di wilayah Indonesia.

"Tertinggi mencapai 0,4 derajat Celsius per dekade terjadi di Kalimantan Timur," kata Dwikorita.

Sedangkan kenaikan suhu udara permukaan global telah mencapai 1,1 derajat Celcius dibandingkan masa praindustri pada tahun 1850 hingga 1900.

Dwikorita mengungkapkan BMKG juga mencatat dampak perubahan iklim mengakibatkan semakin hangatnya suhu muka air laut di perairan Indonesia hingga mencapai suhu 29 derajat Celsius pada saat terjadi La Nina moderat dan Badai Tropis Seroja di Nusa Tenggara Timur.

Gletser di Puncak Jayawijaya

Baca Juga:Jokowi Perintahkan BMKG Identifikasi Seluruh Risiko dan Dampak dari Perubahan Iklim

Selain itu, gletser di Puncak Jayawijaya berdasarkan hasil riset BMKG saat ini tinggal kurang lebih 2 kilometer persegi atau 1 persen dari luas awalnya sekitar 200 kilometer persegi.

"BMKG juga memprediksi gletser tersebut akan punah, mencair pada sekitar tahun 2025-2026," ujar Dwikorita.

Ia menjelaskan, kenaikan rata-rata muka air laut global termonitor pula mencapai 4,4 mm per tahun pada periode 2010-2015, lebih tinggi lajunya jika dibandingkan periode sebelum 1900 yaitu sebesar 1,2 mm per tahun.

Periode ulang anomali iklim El Nino dan La Nina juga semakin pendek dari 5-7 tahun pada periode 1950-1980, menjadi hanya 2-3 tahun selama periode setelah 1980 hingga saat ini.

"Seluruh fenomena tersebut berakibat pada semakin meningkatnya frekuensi intensitas dan durasi cuaca ekstrem. Itulah sebabnya kejadian bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, banjir bandang, badai tropis, puting beliung, dan kekeringan juga semakin meningkat frekuensi, intensitas, durasi, dan kejadiannya," kata dia. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini