Sementara tutup peti dihiasi dengan dua ular naga. Pada suku Toraja, ini menandakan yang meninggal adalah bangsawan.
"Jenazahnya sudah dikuburkan, sehari setelah meninggal pada bulan Februari lalu. Jadi hanya dibuatkan peti dan diisi dengan batu nisan," jelas Hasnawaty.
![Kerbau putih pada perayaan Rambu Solo oleh keluarga beragama Islam di Tana Toraja [SuaraSulsel.id/Istimewa]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2022/06/12/75544-kerbau-putih.jpg)
Kemewahan juga terlihat pada lantang atau pondok tempat untuk menerima tamu yang akan hadir. Ada yang dicor, adapula terbuat dari bambu.
Lantang itu dibuat secara bertingkat. Atapnya kemudian dibentuk longa atau rumah adat Tongkonan.
Baca Juga:Ritual Adu Kaki Pa'semba Siap Jadi Olahraga Wisata di Tana Toraja
Kata Hasnawaty, Rambu Solo akan dihadiri oleh seluruh pihak keluarga baik yang jauh maupun yang berada di Toraja. Ada pula tokoh agama, tokoh masyarakat, dan pemerintah setempat yang hadir.
Sementara untuk kerbau dan kuda yang dipotong, akan dibagikan ke tamu yang hadir dan warga setempat. Sebagian dilelang untuk disumbangkan ke sekolah dan rumah ibadah.
"Dengan begitu kita juga bisa bersedekah," ujarnya.
Karena yang menggelar Rambu Solo beragama Islam, tidak ada babi yang dipotong.
Upacara selanjutnya akan digelar pada tanggal 16 Juni 2022. Keluarga akan menggelar Ma'riu' batu (tarik batu).
Baca Juga:Longsor di Tana Toraja dan Banjir di Takalar, Pemprov Sulsel Lakukan Penanganan Darurat
Batu yang ditarik juga bukan sembarang batu. Melainkan batu megalitikum bernama Simbuang yang dipahat menyerupai prasasti.