Dosen Unismuh Makassar: Banyak Elit Politik Suka Bagi Sembako Tapi Tidak Ada Idenya

Persoalan yang tampak nyata pada para politisi di Indonesia

Muhammad Yunus
Sabtu, 07 Mei 2022 | 15:52 WIB
Dosen Unismuh Makassar: Banyak Elit Politik Suka Bagi Sembako Tapi Tidak Ada Idenya
Diskusi dan bedah buku "Pesan Islam Menghadapi Krisis" yang digelar oleh Partai Gelora, Sabtu 7 Mei 2022 [SuaraSulsel.id/Dokumentasi Partai Gelora]

SuaraSulsel.id - Dosen Universitas Muhammadiyah Makassar Luhur A Priyanto menyampaikan persoalan yang tampak nyata pada para politisi di Indonesia.

Hal ini disampaikan Luhur, saat diskusi dan bedah buku "Pesan Islam Menghadapi Krisis" yang digelar oleh Partai Gelora di Makassar, Sabtu 7 Mei 2022.

"Saya senang kalau ada pemimpin politik yang masih percaya pada kekuatan narasi. Karena sekarang ini, elit politik banyak yang terjebak pada soal teknis kekuasaan. Terus menerus bagi sembako tapi tidak ada idenya. Semoga kedepan pikiran-pikiran Partai Gelora tentang bagaimana nanti memimpin akan mengambil banyak inspirasi dari buku ini," ungkap Luhur.

Rektor Unhas Prof Jamaluddin Jompa yang juga menjadi pembicara dalam diskusi menjelaskan, dari segi populasi, Indonesia adalah nomor 4 dunia. Tapi dari segi sains dan teknologi, Indonesia nomor 48. Indeks inovasi Indonesia bahkan ada diangka 70-an.

Baca Juga:Prabowo Gencar Safari Politik Disebut Bukan Cari Suara Pilpres, Pengamat Ungkap Tujuannya

"Kita negara besar tapi dana penelitian kita hanya sekitar 0,1 atau 0,2 persen dari total GDP kita," ungkap Jamaluddin Jompa, saat diskusi dan bedah buku "Pesan Islam Menghadapi Krisis"

Jompa berharap kedepan, perlu ada perhatian yang serius dari segi kebijakan. Untuk terus mendorong pengembangan penelitian dan inovasi.

"Kita menitip kepada Partai Gelora, untuk bisa menaikkan anggaran penelitian kita bahkan sampai 10 kali lipat, agar kita bisa jadi bangsa yang inovatif," jelasnya.

Sementara itu, Anis Matta menyatakan bahwa kelahiran Partai Gelora di situasi krisis global seperti saat ini, bertujuan untuk menjadi solusi.

"Dunia atau sistem sekarang ini, sedang mengalami penyakit komplikasi seperti orang tua, satu penyakit ditangani, penyakit lain muncul. Ini seperti berobat tapi tidak ada harapan untuk sembuh," ungkapnya.

Baca Juga:Jauh-jauh Datang ke Makassar, Ganjar Pranowo Sempatkan Ziarah di Makam Pangeran Diponegoro

Anis Matta menjelaskan bahwa persoalan global sekarang adalah persoalan sistemik.

"Kenapa kita menawarkan agama, pesan agama dalam menangani krisis? Karena agama tidak turun dalam ruang kosong. Seharusnya ajaran agama ini dapat diaplikasikan dalam semua situasi," tambah Mantan Wakil Ketua DPR RI itu.

Menurutnya, Ada banyak ajaran agama yang hanya dapat dipahami ketika dia bertemu dengan benturan-benturan kehidupan manusia.

"Perhatikan isyarat agama tentang kelompok elit yang hidupnya bermewah-mewah sebagai sebab suatu kaum itu dihancurkan. Kalau hal ini kita aplikasi kedalam sistem, kita akan menemukan bahwa tidak ada sikap yang berlebih-lebihan kecuali pasti ada kedzoliman di situ," ungkapnya.

Di antara kontradiksi sistem global adalah ide tentang pertumbuhan ekonomi yang akhirnya harus menyebabkan ekploitasi dan kerusakan lingkungan. Kesejahteraan yang dinikmati barat sekarang, ongkosnya adalah penderitaan ditempat lain.

Sementara itu Prof Arifuddin menyampaikan harapan pada perbaikan sistem politik

"Wakil wakil partai nanti harusnya bisa ditempatkan pada tempat yang sesuai dengan kapasitasnya. Bukan alasan lain," jelasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini