Dilantik Presiden Jokowi Besok, Andi Sudirman Sulaiman Akan Jadi Gubernur Termuda di Indonesia

Usianya baru 38 tahun

Muhammad Yunus
Rabu, 09 Maret 2022 | 17:15 WIB
Dilantik Presiden Jokowi Besok, Andi Sudirman Sulaiman Akan Jadi Gubernur Termuda di Indonesia
Andi Sudirman Sulaiman [SuaraSulsel.id/Istimewa]

Ia dinobatkan sebagai lulusan tercepat Teknik Mesin angkatan 2001 di Unhas. Ia juga pernah diganjar penghargaan sebagai karyawan terbaik atau Employee of The Year oleh PT Marine Engineering Services, sebuah perusahaan ternama asal Inggris.

Sebelum maju mendampingi Nurdin Abdullah pada tahun 2018, ia bekerja sebagai Technical Services for Subsea Inspection, Maintenance dan Repair (IMR) di salah satu perusahaan asing.

Selama bekerja di perusahaan asing, ia mempelajari banyak hal. Jujur, berintegrasi dan saling menghargai. Itu pedoman hidupnya yang dipegang teguh sampai sekarang.

Kini, beban Sulawesi Selatan ada di pundaknya. Pembangunan, ekonomi, pendidikan dan kesehatan harus dituntaskan sesuai janjinya saat kampanye pemilihan kepala daerah.

Baca Juga:Demokrat: Jika Rakyat Dukung 3 Periode, Jokowi Tetap Harus Tolak karena Alasan Konstitusi

Ia bahkan beberapa kali mengucap istighfar. Saat ditelpon oleh Dirjen Dalam Negeri, Akmal Malik pada 28 Februari lalu. Ia diperintahkan mengambil alih pemerintahan di Sulawesi Selatan mulai saat itu.

"Saya bilang Innalillahi. Luar biasa ini cobaan, bukan pekerjaan mudah," ujar Sudirman.

Ia mengaku berat badannya bahkan sempat turun hingga tujuh kilogram. Tugasnya sangat berat, kata Sudirman. Bukan karena pekerjaannya saja, tapi nasib 9 juta warga Sulsel dipikirkannya setiap saat.

Menurutnya, selama menjadi pelaksana tugas adalah ujian. Ia harus ikut sistem pemerintahan. Sangat berbeda dengan sistem di perusahaan.

Namun, balik lagi. Ia harus belajar beradaptasi. Termasuk memastikan pelayanan publik dan pemerintahan tetap jalan.

Baca Juga:Menparekraf Sandiaga Uno Bertandang ke Pontianak, Netizen Malah Salfok Sama Posisi Duduknya: Sama Kayak Aku

Ia melihat saat ini terlalu banyak kebijakan yang ancamannya selalu berujung pidana. Makanya, sulit untuk berinovasi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini