KIPI: Dua Warga Sulsel Meninggal Bukan Karena Vaksin Covid-19

Dua warga di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, meninggal usai menerima vaksinasi

Muhammad Yunus
Kamis, 06 Januari 2022 | 13:10 WIB
KIPI: Dua Warga Sulsel Meninggal Bukan Karena Vaksin Covid-19
Koordinator KOMDA KIPI Sulsel Martira Maddeppungeng (kanan) menjelaskan soal hasil kajian Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi di Sulsel, Kamis, 6 Januari 2022 [SuaraSulsel.id/Lorensia Clara Tambing]

Setelah itu orang tua memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak lebih lambat dibanding anak seusianya. AW disebut baru bisa berjalan tanpa bantuan saat usia 3 tahun dan hingga saat ini anak tampak lebih kecil dan lebih pendek dari anak seusianya.

"Almarhumah AW diduga mengalami penyakit jantung bawaan lahir. Jadi kematian S dan pelajar AW adalah koinsiden, tidak terkait dengan vaksinasi atau inkonsisten," tegas Martira.

Seperti diberitakan sebelumnya, dua warga di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan dikabarkan meninggal dunia usai divaksinasi. Keduanya merasa tidak enak badan setelah menerima vaksin dosis kedua.

Kedua orang itu yakni Andi Nur Widya (13), warga Desa Gattareng dan Seleng (80) warga Dusun Batu Lappa Desa Samaenre Kecamatan Bengo.

Baca Juga:Vaksinasi Merdeka, Polda Metro Jaya Targetkan 2,2 Juta Anak di Jadetabek Divaksin COVID-19

Andi Nur Widya (13) disebut meninggal tepat satu bulan pasca menerima vaksin dosis ke 2 di sekolah.

Kepala Desa Gattareng, Irfan mengatakan Widya memiliki riwayat penyakit jantung. Ia menerima vaksin kedua bulan lalu di sekolahnya.

Kata Irfan, pihak keluarga saat itu tidak mengetahui bahwa Widya akan divaksin. Sebab pihak sekolah tidak melakukan pemberitahuan terlebih dahulu.

"Nanti ditahu setelah vaksin kedua. Saat ini sudah sakit. Mungkin anaknya juga diam-diam, takut bilang ke orang tuanya," ujar Irfan saat dihubungi, Selasa, 28 Desember 2021.

Menurut informasi pihak keluarga, kata Irfan, Widya mengalami sejumlah keluhan usai divaksin. Seperti bengkak pada kaki, belakangnya sakit dan kuat tidur.

Baca Juga:Heboh Sindikat Jual Beli Vaksin Booster di Surabaya, Tarifnya Rp250 Ribu

Irfan pun meminta untuk pelaksanaan vaksin berikutnya agar para tenaga kesehatan bisa melakukan skrining dengan baik. Kemudian pihak sekolah juga wajib mendapat izin orang tua sebelum melakukan vaksin kepada siswa.

"Kita bukannya anti vaksin tapi dalam pelaksanaan vaksin tim medis harus lakukan pemeriksaan atau skrining kesehatan harus hati-hati betul. Jangan asal-asalan. Ini persoalan nyawa," ujarnya.

Sementara, Seleng mendapat suntikan vaksin kedua pada Kamis 23 Desember 2021. Sejak saat itu, kondisi kesehatannya terus menurun.

Hingga pada Sabtu, 25 Desmeber, dia menghembuskan nafas terakhir. Seleng dilaporkan memiliki riwayat gejala stroke dan asma.

Awalnya pihak keluarga sudah melarang Seleng untuk divaksin karena komorbid, tapi ia kukuh. Dari hasil skrining tim medis, semua hasilnya baik. Walaupun pada awalnya, tekanan darahnya cukup tinggi.

Namun kembali normal setelah disuruh istrahat. Seleng kemudian meminta untuk kembali divaksin.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini