Hanya dalam seabad saja, Makassar menjadi salah satu kota niaga terkemuka di dunia yang dihuni lebih 100.000 orang atau kota terbesar ke 20 dunia.
Perkembangan Bandar Makassar yang demikian pesat itu, berkat hubungannya dengan perubahan perubahan pada tatanan perdagangan internasional masa itu.
Secara internasional, sebagai salah satu bagian penting dalam dunia Islam, Sultan Makassar menjalin hubungan perdagangan dan diplomatik yang erat dengan kerajaan-kerajaan Banten dan Aceh di Indonesia Barat, Golconda di India dan Kekaisaran Ottoman di Timur Tengah.
Sebelum tahun 1999, Makassar dikenal dengan nama Ujung Pandang seiring perluasan wilayah dari 21 Km menjadi 175,77 km berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 1971. Tentang perubahan batas-batas daerah Kota Madya Makassar dan Kabupaten kabupaten Gowa, Maros dan Pangkajene dan kepulauan dalam Lingkungan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan pada tanggal 31 Agustus 1971.
Baca Juga:Pedagang dan Pengunjung Pasar Kota Makassar Minum Kopi dan Makan Kue Taripang
Nama Makassar sendiri disebutkan dalam pupuh 14/3 Kitab Nagarakertagama karya Mpu Prapanca pada abad ke-14 sebagai daerah taklukkan.
Secara etimologi, sebutan Makassar berasal dari kata "Mangkasarak" yang artinya mulia dan jujur.
Konon nama Makassar berasal dari sebuah peristiwa yang dianggap sangat sakral. Suatu pagi di tahun 1605 di tepi pantai Tallo, Baginda Raja Tallo ke-VI kedatangan seorang lelaki berjubah putih dan besurban hijau.
Hal tersebut diceritakan pada buku Asal-usul Kota-kota di Indonesia Tempo Doeloe. Pria itu diceritakan punya wajah yang teduh dan memancarkan cahaya.
Pria itu berjabat tangan dengan Baginda Raja. Di telapak tangannya tertulis kalimat Syahadat.
Baca Juga:15 Orang Anggota Keluarga Lailah Ahmadi Meninggal di Makassar
Baginda Raja percaya pria berjubah itu adalah Nabi Muhammad. Hal tersebut dipercaya sebagai jejak sejarah asal usul nama Makassar, yang diambil dari Akkasaraki Nabiyya. Artinya adalah nabi menampakkan diri.