SuaraSulsel.id - Anggota Komisi I DPRD Provinsi Gorontalo Hidayat Bouty mengatakan pemerintah sedang gencar memenuhi target vaksinasi Covid-19. Tetapi fakta di lapangan masih banyak masyarakat yang terpapar kabar bohong atau hoaks.
Dampaknya banyak warga yang enggan mengikuti proses vaksinasi Covid-19. Jadi sebelum memenuhi target vakasinasi, tugas utama semua pihak adalah memerangi informasi hoaks mengenai vaksinasi.
“Pada intinya yang jadi masalah utama ini adalah hoaks. Karena beberapa masyarakat sudah termakan hoaks dan susah diubah pola pikirnya, jadi saat ini kita memerangi hoaks vaksinasi dulu, bukan memerangi Corona,” ucap Hidayat, saat melakukan kunjungan kerja guna melakukan monitoring progres dan pelayanan vaksinasi kepada masyarakat di Desa Moputi, Kecamatan Tibawa, Kabupaten Gorontalo. Ahad (17/10/2021).
Mengutip gopos.id -- jaringan Suara.com, Hidayat sangat berharap semua pihak yang memiliki kewenangan bersama-sama mengajak masyarakat agar melakukan vaksinasi.
Baca Juga:Kasus Harian Covid-19 di Kota Yogyakarta di Bawah Lima, Kasus Aktif Tinggal 64
“Jika sudah terpenuhi target pemerintah dalam hal vaksinasi, maka kita sudah bisa hidup berdampingan dengan Covid-19,” ungkapnya.
Rusdin Tompo, Ketua Umum Pengurus Pusat Forum Komunikasi Pemerhati (FKP) Radio Republik Indonesia mengatakan, Manusia hidup di era digital. Sehingga, mudah mendapat informasi, cukup dengan satu klik di mesin pencari, informasi akan datang.
Era digital itu, lanjutnya, membuat kita tak lagi mengakses dan mengkonsumi informasi atau berita melalui media-media tradisional, tapi media baru.
Perlahan, kita tak lagi membaca koran atau majalah secara cetak tapi online. Orang perlahan-lahan tak lagi mendengar radio melalui pesawat radio, tapi secara streaming atau melalui aplikasi, seperti RRI Play Go, milik Lembaga Penyiaran Publik RRI.
Begitupun dengan televisi, alternatifnya bisa disaksikan melalui YouTube, atau akun-akun medsos lainnya. Digambarkan, ada banyak saluran informasi yang tersedia karena kita punya multimedia, multiplatform, dan multichannel.
Baca Juga:Kasus Aktif Covid-19 di Bantul Menurun, Kini Tinggal 111 Orang
Masyarakat tak hanya jadi konsumen media, tapi juga ikut mewartakan, mengemas, dan memproduksi informasi layaknya berita. Mereka mencari informasi sesuai minat, kebutuhan, profesi, usia, gender, latar belakang budaya dan agama, serta preferensi politik.
Mereka aktif, seperti berlomba mau mengabarkan informasi, mau yang pertama, dan tentu mau viral info yang dibagikannya. Karena informasi itu bisa dikonversi dan dikapitalisasi, punya nilai ekonomis.
Dia lantas mengutip sejumlah data yang disebutnya sebagai peluang sekaligus tantangan. Penduduk Indonesia, yang berjumlah hampir 275 juta jiwa, pengguna internetnya di awal 2021, mencapai 202,6 juta orang. Sedangkan pemakai smartphone ada sebanyak 160,27 juta atau nomor 4 di dunia setelah Tiongkok, India, dan AS.
Mengutip data yang pernah disampaikan mantan Ketua Dewan Pers, Yosep Adi Prasetyo (2016-2019), bahwa terdapat 43.300 media online, 2000 media cetak, 674 radio, dan 523 TV, termasuk TV lokal.
Jumlah yang besar dan banyak ini perlu dibarengi dengan idealisme, sikap profesional dan tanggung jawab agar media onlinenya dipercaya. Apalagi, produk jurnalisme itu memiliki disiplin pada verifikasi.