Mengenal Lebih Dalam Suku Ammatoa Kabupaten Bulukumba

Nama kepala sukunya tidak boleh disebut

Muhammad Yunus
Minggu, 26 September 2021 | 10:53 WIB
Mengenal Lebih Dalam Suku Ammatoa Kabupaten Bulukumba
Pengunjung dari Kota Makassar memakai baju hitam saat berkunjung ke kawasan adat Ammatoa, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan [SuaraSulsel.id / Lorensia Clara Tambing]

Hanya boleh dipanggil Ammatoa. Amma' yang berarti bapak, sementara Toa artinya Tua. Begitupun dengan istrinya yang hanya boleh dipanggil Ando' atau mama.

Ammatoa ini dibantu oleh 26 orang Galla. Jika diartikan dalam bahasa Indonesia, artinya menteri. Mereka membidangi setiap urusan adat.

"Tau anre'a nakulle nisabbu arenna," kata salah satu Galla, artinya beliau tidak boleh disebutkan namanya. Saat kami menanyakan siapa nama pemimpin adatnya.

Pengertian Ammatoa bukan berarti karena bapak yang sudah tua umurnya. Tetapi lebih kepada seseorang yang dituakan karena memiliki pengetahuan yang luas, berperilaku baik, jujur dan bijak.

Baca Juga:Akhirnya Warga Desa Adat Amma Toa Kajang Bulukumba Mau Membuat KTP

Ammatoa mempunyai masa jabatan seumur hidup dan dipercaya dipilih langsung oleh Turiek Akrakna atau Tuhan Yang Maha Kuasa melalui proses ritual tertentu. Bukan pilihan rakyat ataupun warisan dari orang tua seperti di kerajaan.

Konon katanya mereka dipilih melalui proses ritual di dalam hutan keramat bernama hutan Tombolo menggunakan ayam dan kerbau. Jika ayam tersebut terbang ke salah satu orang, atau orang tersebut dijilat oleh kerbau, maka dialah yang terpilih menjadi Ammatoa sampai ia meninggal dunia.

Ammatoa juga memiliki kelebihan yang berbeda dibanding warga biasa. Tugas utamanya adalah mengatur masyarakat, menentukan masa tanam dan panen, menerapkan hukum adat dan mengobati yang sakit.

Ia juga sangat dihormati dan dianggap seperti seorang presiden orang Kajang. Oleh karenanya, tidak sembarangan orang bisa bertemu dengan kepala suku, hanya orang orang yang berkepentingan khusus dan mendesak saja yang bisa bertemu dengannya.

Warga Suku Ammatoa berjalan kaki tanpa memakai sandal di kawasan adat Ammatoa, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan [SuaraSulsel.id / Lorensia Clara Tambing]
Warga Suku Ammatoa berjalan kaki tanpa memakai sandal di kawasan adat Ammatoa, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan [SuaraSulsel.id / Lorensia Clara Tambing]


2. Melepas Pakaian dan Tidak Mandi Selama 40 Hari

Baca Juga:Soeharto Pesan 22 Kapal di Bulukumba Untuk Operasi Militer Papua

Cukup mudah mengenali masyarakat suku Ammatoa yang sedang berduka. Mereka hanya menggunakan sarung hitam tanpa baju selama 40 hari.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini