Abdul sudah delapan tahun berada di Makassar. Ia berharap kelak ada negara yang mau mengakuinya.
Dulu, ia mengajukan permohonan menjadi pencari suaka ke eropa seperti Jerman dan Swiss. Namun, seleksi oleh organisasi Internasional, United Nations High Commisioner for Refugees (UNHCR) cukup ketat.
Hal tersebut yang membuatnya terpisah dengan keluarga besarnya. Sebab, tidak semua pengajuan bisa disetujui oleh UNHCR.
Ia pun diberi izin mengungsi ke negara Indonesia. Selama di Indonesia, sangat tenang dan nyaman.
Baca Juga:Biaya Tes PCR di Rumah Sakit Daya Makassar Rp 500 Ribu, Untuk Syarat Perjalanan
Kendati demikian, gerak ruang mereka dibatasi. Tak bisa bekerja dan mendapatkan pendidikan.
Dulu, ia adalah seorang mahasiswa di Afghanistan. Karena peperangan terus terjadi, ia memilih keluar dari negaranya.
Abdul dan pengungsi lainnya di Makassar diberi biaya Rp 1 juta lebih per bulan oleh UNHCR. Itu untuk biaya kos dan makan.
"Warga di sini ramah. Walaupun kami tidak bisa bekerja atau hidup bebas seperti warga lokal lainnya," ujar Abdul.
Kontributor : Lorensia Clara Tambing
Baca Juga:Usai Demo Ricuh Ratusan Imigran Afghanistan, Kantor UNHCR Disemprot Disinfektan