Puisi-puisi karya Failia, menurut penulis yang produktif menulis cerpen itu, bertema religi, alam, kritik sosial, dan hubungan antarmanusia. Puisi-puisinya, dinilai sudah dewasa melebihi usianya yang baru 22 tahun.
"Ada 60-an puisi yang dibuat selama kurun waktu 3 tahun itu sudah luar biasa," puji Amir Jaya.
Lelaki kelahiran Tanaberu, Kepulauan Selayar itu, lantas mengajak Failia melakukan hal-hal baru sebelum menulis puisi. Seperti melakukan salat, setelah itu menulis puisi. Karena itu yang dia lakukan ketika menulis buku Puisi Rindu untuk Tuhan, tahun 2015.
Abidin Wakur, yang kini aktif di Komunitas Tobonga, mengaku surprise, mendapati generasi perempuan penyair lahir lagi. Dia berharap, puisi-puisi berikutnya lahir dari Failia.
Baca Juga:Penyair Umbu Landu Paranggi Wafat, Bermukim di Bali Sampai Akhir Hayat
Sedangkan Andi Ruhban, pembina Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Seni di Poltekkes menilai Failia memang punya minat yang tinggi pada sastra. Menurut Yudhistira Sukatanya, ruang-ruang bersastra harus diciptakan, sehingga memungkinkan semua orang berkarya.
Hadir dalam acara ini, orang tua Failia, Abd majid Sewang dan Maidani, yang langsung menyerahkan buku karya anaknya itu kepada beberapa peserta diskusi. Mereka yang hadir dalam acara Sastra Sabtu Sore, kali ini, adalah dari kalangan penulis, seniman, sastrawan, dan penggiat literasi.
Beberapa nama yang bisa disebut, antara lain Anwar Nasyaruddin, Syahrir Rani Patakaki, Agus K Saputra, Asmin Amin, dan Melati, Ketua Kelompok Kerja Pustakawan Sekolah (KKPS) Makassar.