Ketua Kadin Anton Timbang : Cadangan Aspal Buton 360 Tahun, Yuk Investasi

Anton Timbang mengungkap alasan pemindahan lokasi Musyawarah Nasional Kamar Dagang dan Industri

Muhammad Yunus | Achmad Fauzi
Rabu, 02 Juni 2021 | 14:07 WIB
Ketua Kadin Anton Timbang : Cadangan Aspal Buton 360 Tahun, Yuk Investasi
Ilustrasi: Buruh membongkar muat aspal lokal produksi dari Kabupaten Buton ke dalam kapal barang yang akan didistribusikan ke Ternate di Pelabuhan Nusantara, Kendari, Sulawesi Tenggara, Rabu (21/10/2020). ANTARA FOTO/Jojon/wsj. (ANTARA FOTO/JOJON)

SuaraSulsel.id - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sulawesi Tenggara (Sultra) Anton Timbang mengungkap alasan pemindahan lokasi Musyawarah Nasional (Munas). Dari Provinsi Bali ke Kota Kendari, Sulawesi Tenggara.

Salah satunya Covid-19. Saat agenda Munas Kadin di Bali 2-4 Juni 2021 berdekatan dengan musim balik arus Mudik selama bulan Mei.

Hal ini dikhawatirkan acara Munas Bali akan dihadiri banyak orang. Sehingga memicu lonjakan Covid-19 seperti saat momen natal 2020 dan tahun baru 2021.

Karena itu, lokasi Munas diusulkan dipindahkan ke Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur dan Kendari, Sulawesi Tenggara. Karena Labuan Bajo tidak siap, maka Kendari dipilih menjadi lokasi Munas. Karena siap jadi tuan rumah.

Baca Juga:Rapat Kadin Kalimantan Barat Berujung Ricuh, Begini Cerita Lengkapnya

"Makanya itu tadi dasarnya karena persoalan Covid sehingga akhirnya harus pindah ke Sulawesi Tenggara. Kami sendiri tidak punya peran, tidak punya kewenangan atau tidak punya kemampuan untuk merubah pola pikirnya presiden supaya dia pindahkan ke Sultra. Itu semata-mata persolan Covid, karena Bali dan Jakarta sudah diindikasi ada varian Covid baru dari India yang sudah masuk," ujar Anton dalam keterangannya, Rabu (2/6/2021).

Sebelum perubahan jadwal dan lokasi Munas, sempat ada pertemuan dengan Menteri Investasi Bahlil Lahadalia, Ketua Umum Kadin Rosan Roeslani, dan Presiden Jokowi.

Saat itu Bahlil hanya menghadap untuk urusan vaksin gotong royong, yang kebetulan dalam perjumpaan itu Jokowi mengarahkan kepada Rosan untuk mengundurkan jadwal Munas dari 2-4 Juni ke tanggal 30 Juni.

Kemudian memilih alternatif pemindahan lokasi Munas antara NTT atau Sultra. Dari dua pilihan itu ternyata Sultra yang siap.

"Kenapa? karena satu yang paling terpenting gubernur dan kami ingin dengan momen Munas yang dihadiri presiden, kami ingin launching yang namanya aspal Buton," kata Anton.

Baca Juga:Arsjad Rasjid Minta Struktur Organisasi Kadin Diubah

Investasi di Aspal Buton

Anton berharap para pengurus maupun anggota Kadin yang hadir saat munas tertarik untuk berinvestasi mengembangkan aspal Buton. Karena mereka adalah seluruh pengusaha besar yang ada di Indonesia.

Selain itu ditargetkan juga agar dalam waktu singkat Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Aspal Buton segera diterbitkan. KEK ini saat ini masih menunggu Keputusan Presiden (Kepres).

"Lewat Munas ini kan seluruh pengusaha besar Indonesia hadir, menterinya hadir, presidennya hadir. Nah momen ini yang harus dijelaskan. Jadi di sini ada pemerintah bagian regulasi, dan ada kontraktor eksekutornya untuk bagaimana produksi ini barang (aspal)," ujar Anton.

Anton menjelaskan aspal alam hanya ditemukan di Trinidad dan Buton, selain itu yang ada adalah aspal minyak.

Cadangan aspal di Trinidad diperkirakan akan habis dalam waktu 20 tahun sedangkan cadangan aspal Buton butuh waktu 360 tahun baru bisa habis (perkiraan produksi 1 juta per tahun).

Dia berharap aspal Buton dapat digunakan secara maksimal, minimal untuk wilayah Sulawesi Tenggara dan tidak perlu lagi tergantung dengan impor aspal cair.

Realitasnya saat ini adalah Indonesia mengimpor 1,3 juta sampai 1,4 juta ton aspal per tahun yang menguras cadangan devisa negara Rp 40 sampai Rp 46 triliun.

Padahal kata Anton, seluruh kebutuhan itu dapat dipenuhi dalam negeri sendiri bila aspal Buton dimaksimalkan.

Lanjut Anton, Sekarang yang menggunakan aspal Buton ini yakni Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara, itupun terbatas. Padahal kualitas aspal Buton lebih bagus dibanding aspal cair.

Hanya memang produksi aspal Buton ini masih perlu didorong, salah satunya melalui investasi.

"Tadinya saya ingin mengajak untuk membangun pabrik (aspal) di daerahnya masing-masing, tapi kalau KEK ini ada maka saya mengajak ayo investasi ke Buton bangun pabrikmu di situ, nanti hasil produksinya baru kirim ke daerah lain," ucap Anton.

Anton mengungkapkan selama ini nikel lebih populer dibanding aspal. Padahal nikel ada di berbagai daerah sementara aspal hanya ada di Buton.

Kata Anton, dalam penambangannya, nikel lebih mudah di awal sedangkan penambangan aspal hanya susah di awal, setelah itu lebih gampang dan lebih murah dari nikel.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini