Begini Cara Jemaah An Nadzir Menentukan Awal Puasa Ramadan

Selalu memakai standar yang disebut dengan metodologi hisab dan rukyat

Muhammad Yunus
Sabtu, 10 April 2021 | 21:16 WIB
Begini Cara Jemaah An Nadzir Menentukan Awal Puasa Ramadan
Pimpinan Jemaah An Nadzir Ustadz M Samiruddin Pademmui di Masjid Baitul Muqaddis, Sabtu 10 April 2021 / [SuaraSulsel.id / Muhammad Aidil]

Kesembilan, Perlu dipahami, bahwa, ketika bulan sabit terbit di Timur pada subuh hari, itu artinya bulan tua. Dan ketika bulan sabit sudah terbit di Barat, itu artinya sudah bulan baru. Terbitnya bulan baru di Barat, lebih sering dibawah garis horizontal atau dibawah ufuk. Bahkan terkadang sampai 10 derajat dibawah ufuk garis horinzontal. Sehingga bulan baru sangat sulit disaksikan muncul di atas ufuk Barat.

Sepuluh, Penting dipahami juga, bahwasanya, batasan terbitnya bulan di Timur di subuh hari adalah fajar Siddiq dan bukan fajar kasyib. Makanya, kita juga perlu memahami batasan fajar Siddiq dan fajar kasyib.

Sebelas, Ketika bulan terbit di Timur pada waktu fajar kasyib, maka yakinlah bahwa, bulan berjalan masih sampai ke ufuk Barat. Sedangkan ketika bulan terbit di Timur saat sudah fajar Siddiq, maka yakinlah bahwa perjalanan bulan sudah tidak sampai ke ufuk Barat. Artinya, akan terjadi pergantian bulan di jalan, bisa pagi, siang atau sore hari.

Nah, disinilah pentingnya kita memantau pasang KONDAK (puncak tertinggi) air laut sebagai tanda terakhir terjadinya pergantian bulan.

Baca Juga:Kampung Ini Sudah 10 Tahun Lock Down, Klaim Bebas Covid-19

Duabelas, Ketika kita sudah mengetahui bahwa perjalanan bulan tidak lagi sampai ke Barat. Maka disinilah kemudian kita ada istilah puasa dengan niat menyambut. Artinya, kita dalam keadaan puasa, bulan Ramadhan masuk.

Termasuk juga kita ada istilah buka puasa di jalan yang biasa dilakukan di akhir Ramadhan. Karena pergantian bulan Ramadhan ke bulan Syawal sudah terjadi. Bisa pagi, siang ataupun sore hari. Jadi kita tidak lagi puasa hingga Maghrib baru berbuka puasa.

"Demikianlah, sekelumit uraian yang menjadi dasar, cara dan metodologi yang dipakai oleh Jamaah An-Nadzir dalam menghitung, mengamati dan menetapkan bulan Hijriyah. Semoga bermanfaat," ungkap Samiruddin.

"Semua kebenaran datangnya dari Allah Subhanahu Wata'ala semata. Segala kekurangan dan kekhilafan datangnya dari manusia. Termasuk penulis selaku hamba Allah yang sangat Daif," katanya.

Baca Juga:Dinilai Menyehatkan, Begini Cara Puasa Memengaruhi Tubuh

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini