SuaraSulsel.id - Sulawesi adalah salah satu pulau di Indonesia yang kaya akan bahan baku logam. Beberapa saat lalu, dalam peta industri otomotif Nasional disebutkan bahwa pembuatan mobil listrik bisa disegerakan di Tanah Air, mengingat bahan baku bagi baterai mobil listrik telah tersedia dan bisa segera diolah. Dalam skala lebih luas, untuk menghasilkan bahan baku sumber daya atau baterai itu, dibutuhkan pengolahan bijih nikel. PT Wijaya Karya (Persero) Tbk pun bersiap membangun pabrik pengolahan atau smelter nikel di Sulawesi.
Pembangunan ini berlangsung setelah emiten bersandi saham WIKA mendapatkan kontrak dari PT Ceria Nugraha Indotama (CNI).
Adapun pabrik pengolahan yang dibangun di antaranya, Pabrik Pengolahan dan Pemurnian Bijih Nikel Rotary-Kiln Electric Furnace (RKEF) dengan nilai proyek mencapai Rp2,8 triliun.
Kemudian, Fasilitas Pengolahan dan Pemurnian Kobalt dengan Teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) di Kecamatan Wolo, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara (Sultra).
Baca Juga:TMM Gandeng Badan Geologi KESDM Uji Hasil Pengolahan Nikel
"Insya Allah, proyek ini bisa selesai tepat waktu dengan kualitas yang memuaskan dan bisa menjadi titik ungkit kebangkitan industri berbasis mineral di Tanah Air dan dunia," ujar Direktur Utama WIKA, Agung Budi Waskito dalam keterangannya, Minggu (29/11/2020).
Pabrik Ferronickel tersebut akan terdiri dari dua lajur produksi, di mana masing-masing lajur akan ditunjang dengan fasilitas produksi utama yaitu, Rotary Dryer berkapasitas 196 ton per jam (wet base), Rotary Kiln berkapasitas 178 ton per jam (wet base).
Kemudian Electric Furnace berkapasitas 72 MVA serta peralatan penunjang lainnya dengan target penyelesaian proyek pada tahun 2023 dan mampu mencapai kapasitas produksi sebesar 27.800 ton Ni/year (Ferronickel 22 persen Ni).
Sedangkan, proyek Pembangunan Fasilitas Pengolahan dan Pemurnian Kobalt dengan Teknologi (HPAL) diproyeksikan memiliki kapasitas produksi per tahun sebesar 100.000 ton per tahun Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) (40 persen Ni dan 4 persen Co dalam MHP) dan 158.000 ton per tahun konsetrat Chromium.
Fasilitas produksi utama pada pabrik tersebut adalah Ore preparation facility dan Hydrometallurgical plant berkapasitas 3,6 juta ton per tahun (dry base), Limestone treatment plant berkapasitas 770 ribu ton/tahun (wet base), Sulfuric Acid Plant berkapasitas 550 ribu ton per tahun, Residue storage facilites berkapasitas 970 ribu ton tailing serta peralatan penunjang lainnya.
Baca Juga:Kawasan Industri Nikel Jadi Roda Penggerak Ekonomi Masyarakat Konawe
Rencananya, proyek ini akan berlangsung selama 36 bulan kalender kerja. Lingkup pekerjaan WIKA meliputi, Engineering, Procurement, Construction, Commisioning, dan Financing.
- 1
- 2