11 Pahlawan Nasional Asal Sulawesi Selatan, Ada Mantan Bajak Laut

Sulawesi Selatan juga pernah mengalami masa penjajahan Belanda. Berkat perjuangan para pahlawan, akhirnya masyarakat Sulawesi Selatan bisa terbebas dari penjajahan.

Muhammad Yunus
Senin, 09 November 2020 | 07:59 WIB
11 Pahlawan Nasional Asal Sulawesi Selatan, Ada Mantan Bajak Laut
Pong Tiku / [Foto: Istimewa]

Nama Pajonga mulai dikenal saat mengajak puluhan raja di Sulawesi mendukung kemerdekaan Indonesia. Ia juga menolak mengakui Negara Indonesia Timur yang dibentuk Gubernur Jenderal Hindia Belanda Hubertus Johannes van Mook.

Bersama Wolter Monginsidi, Pajonga memimpin raja-raja Sulawesi saat itu melawan tentara Belanda dengan membentuk Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia.

Setelah Indonesia merdeka, perjuangan Pajonga tak berhenti karena Belanda kembali berusaha menjajah Indonesia. Ruang gerak Pajonga di Makassar dipersempit sehingga dia pindah ke Takalar.

Tentara Belanda menangkapnya pada 1946, namun dibebaskan setelah kemerdekaan Indonesia diakui lewat Konferensi Meja Bundar.

Baca Juga:Bikin Ucapan Hari Pahlawan? Jangan Lupa Download Logo Hari Pahlawan 2020

Pong Tiku
Pong Tiku

9. Pong Tiku

Berkat jasa dan perjuangannya mengusir penjajah Belanda, Pong Tiku mendapat gelar sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 2002. Pong Tiku adalah salah satu Bangsawan Toraja yang melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda.

Pong Tiku dikenal sebagai musuh Belanda yang menyusahkan karena strategi-strategi perangnya yang cerdik. Pada Juli 1905, raja Gowa mengumpulkan prajurit untuk membantu melawan Gowa.

Pada 30 Juni 1907, Pong Tiku ditangkap belanda dan dibawa ke penjara di Rantepao. Belanda mengakhiri hidup Pong Tiku dengan menembaknya di tepi sungai Sa'dan pada 10 Juli 1907. Sosok Pong Tiku kini menjadi simbol perjuangan Toraja oleh para penerusnya.

Ranggong Daeng Romo
Ranggong Daeng Romo

10. Ranggong Daeng Romo

Baca Juga:Download Logo Hari Pahlawan 2020 di Sini, Cocok untuk Gambar Ucapan Selamat

Ranggong adalah keturunan keluarga bangsawan kaya yang dermawan di Polombangkeng, Kabupaten Takalar yang mempunyai tradisi kepahlawanan dalam membela dan mempertahankan kehormatan bangsa dan tanah air.

Ranggong selama karirnya memimpin kelaskaran perjuangan dalam menegakkan kemerdekaan Republik Indonesia, telah memimpin pertempuran atau memerintahkan penyerangan kurang lebih lima puluh kali. Dari enam puluh kali bentrokan bersenjata antara pasukan kelaskaran dengan KNIL atau Tentara Kerajaan Hindia Belanda.

Tanggal 21 Februari 1946, Ranggong Daeng Romo memimpin langsung pertempuran dengan kekuatan kurang lebih 100 orang anggota pasukan. Menyerang kubu pertahanan musuh (Belanda) di daerah Takalar.

Kemudian, pada tanggal 28 Februari 1947 merupakan pertempuran terakhir yang dipimpin langsung oleh Ranggong Daeng Romo di bukit Lengkese, dimana ia sendiri gugur sebagai ksatria dalam pertempuran tersebut.

Sultan Daeng Radja
Sultan Daeng Radja

11. Andi Sultan Daeng Radja

Daeng Radja merupakan pendiri Masjid Tua di Ponre yang pada jamannya terbesar di Sulawesi Selatan. Ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional dan Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera Adipradana berdasarkan SK Presiden RI No. 085/TK/Tahun 2006, tanggal 3 November 2006.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini