SuaraSulsel.id - Departemen Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL) Unhas menggelar kuliah umum bersama H.E. Tantowi Yahya. Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) Republik Indonesia untuk Selandia Baru, Samoa dan Tonga.
Tantowi juga Duta Besar Keliling Indonesia untuk negara-negara Pasifik.
Dalam materi kuliah berjudul “Diplomasi Indonesia di Pasifik”, Tantowi memaparkan dinamika kawasan pasifik secara umum.
Khususnya tentang hubungan Indonesia dan Selandia Baru. Menurut Tantowi, Indonesia perlu mengubah cara pandang terhadap kawasan pasifik.
Baca Juga:Seru, Sebentar Lagi Hyundai Luncurkan Dua Mobil Listrik di Indonesia
“Selama ini, kita selalu melihat Indonesia dari perspektif Samudera Hindia, sehingga kawasan pasifik itu dianggap bagian belakang. Padahal, secara geopolitik kawasan ini mempunyai makna penting bagi Indonesia,” papar Tantowi.
Dia memaparkan bagaimana posisi pasifik dalam geopolitik dunia, yang setidaknya memiliki empat makna penting. Yaitu: suara di PBB, poros perdagangan Asia-Amerika, potensi maritim, dan isu perubahan iklim.
“Kawasan pasifik merupakan the most contested region, kawasan paling diperebutkan oleh negara-negara di dunia. Berbagai negara menerapkan strategi unik untuk merangkul pasifik,” kata Tantowi.
Beberapa negara melakukan pendekatan ke pasifik, antara lain Australia (Pacific Step Up), Selandia Baru (Pacific Reset), Amerika Serikat (Pacific Pledge dan Indo Pacific Command), Cina (One Belt One Road/OBOR Innitiative), ASEAN (Indo Pacific Outlook).
“Kita tidak ingin ketinggalan. Tahun lalu kami meluncurkan apa yang kita sebut sebagai The Pacific Elevation, sebagai upaya kita merangkul kawasan ini secara proaktif,” kata Tantowi.
Baca Juga:Tengku Zul: Andai Beras Hanya dari Prancis, Lebih Baik Kita Makan Tiwul
Bertindak sebagai pembawa acara adalah Ririn Khairina (mahasiswa HI Unhas, angkatan 2019). Kuliah umum dipandu oleh Darwis, Ph.D (Ketua Depatemen Ilmu Hubungan Internasional FISIP Unhas).
Lebih 300 peserta mengikuti kegiatan secara virtual. Selain mahasiswa HI Unhas, para peserta berasal dari berbagai latar belakang, antara lain Universitas Lampung, Universitas Tanjungpura Pontianak, dan Kementerian Hukum dan HAM.
Kuliah Umum merupakan bagian dari mata kuliah teori dan praktik diplomasi. Kehadiran Dubes Tantowi adalah bentuk implementasi “Merdeka Belajar: Kampus Merdeka”, dimana mahasiswa diharapkan memperoleh paparan dari praktisi diplomasi secara langsung.
Rektor Unhas Prof Dwia Aries Tina Pulubuhu menyampaikan apresiasi dan penghargaan atas kehadiran Tantowi. Prof Dwia berharap kehadiran Dubes Tantowi dapat memberi pencerahan baru terkait isu-isu hubungan bilateral dan diplomasi Indonesia dengan Selandia Baru dan negara-negara di pasifik.
“Sungguh suatu kehormatan menerima kehadiran Pak Dubes. Tahun lalu, kita bertemu di Wellington, dan saya sangat berharap Pak Dubes dapat hadir ke Unhas. Apa boleh buat, situasi pandemi sedang melanda dunia. Namun berkat kemajuan teknologi, alhamdulillah kita dapat bertemu secara virtual,” kata Dwia.
Acara yang berlangsung secara virtual melalui aplikasi zoom, dan disiarkan langsung melalui YouTube Departemen Hubungan Internasional Unhas.