SuaraSulsel.id - Bencana banjir di Sulawesi Selatan (Sulsel) merendam puluhan rumah warga. Banjir juga merendam rumah ibadah, tambak, serta lahan pertanian warga.
Fasilitas umum seperti sekolah, kantor desa, dan masjid digenangi air. Tanaman jagung warga yang baru ditanam terancam mati.
Hujan deras mulai melanda sejumlah wilayah di Sulsel. Curah hujan yang tinggi membuat beberapa daerah dilanda banjir.
Luapan air Sungai Salubattang dan Sungai Saddang membuat rumah warga kebanjiran di Kota Palopo dan Kabupaten Pinrang.
Baca Juga:Ini Dampak La Nina yang Harus Diwaspadai di Sulawesi Selatan
Hujan yang mengguyur Kota Palopo sejak Sabtu (17/10), mengakibatkan sejumlah wilayah di Kota Palopo terendam banjir.
Salah satu daerah yang terdampak adalah Kelurahan Salubattang, Kecamatan Telluwanua, Kota Palopo, Sulawesi Selatan.
Banjir merendam puluhan rumah warga dengan ketinggian sekitar 80 cm hingga 1 meter.
Personil Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Palopo, Ricar, mengatakan banjir di daerah ini terjadi akibat Sungai Salubattang meluap.
"Ini diakibatkan luapan sungai Salubattang, jadi tadi kita juga evakuasi harta benda warga, dan saat ini kita mendirikan tenda bencana," kata Ricar kepada KabarMakassar.com -- jaringan Suara.com, Minggu (18/10/2020).
Baca Juga:Bayi di Makassar, Dua kali Dicekik Ayah Kandung yang Sedang Mabuk
Kahar, salah satu warga yang ditemui di lokasi kejadian mengungkapkan, ada puluhan kepala keluarga (KK) yang terisolir akibat peristiwa ini.
"Ada puluhan KK yang terisolir. Air meluap sekitar pukul 01:00 malam, tadi kita evakuasi warga dengan perahu dan ini banjir terbesar dari kejadian sebelumnya," ungkap Kahar.
Akibat kejadian ini, aktivitas warga terhambat. Sejumlah kendaraan yang terisolir tampak nekat menyeberangi lokasi banjir.
Warga yang terdampak banjir mengevakusasi harta benda ke tempat yang lebih tinggi.
Sungai Saddang Meluap
Banjir merendam sejumlah rumah warga di Kampung Cilallang, Desa Bababinanga, Kecamatan Duampanua, Kabupaten Pinrang, Minggu (18/10/2020).
Banjir setinggi mata kaki hingga paha orang dewasa ini terjadi akibat tanggul Sungai Saddang jebol.
Kepala Dusun Cilallang, Muhammad Jamal, mengatakan banjir tersebut disebabkan oleh air kiriman dari hulu. Sehingga membuat tanggul penahan air sepanjang 400 meter jebol.
"Tahun ini banjir ketiga kalinya mi ini pak, tanggulnya jebol belum diperbaiki," ungkap Jamal kepada KabarMakassar.com -- jaringan Suara.com
Jamal menambahkan pemerintah daerah Pinrang maupun tim dari balai sudah beberapa kali meninjau tanggul yang jebol untuk dikerjakan.
"Sering ditinjau, bahkan Tim Balai Pusat sudah turun ke sini," terangnya.
Akibat peristiwa ini, sejumlah rumah penduduk, fasilitas umum seperti sekolah dan kantor desa digenangi air. Bahkan menurutnya, tanaman jagung warga terancam mati.
"Sejumlah lahan jagung milik warga terancam mati kalau terus direndam air. Pasalnya, masa tanam baru berumur sekitar satu minggu. Selain itu, sekitar 100 hektare tambak ikan milik warga juga terdampak banjir," ujarnya.
Selain itu, banjir kiriman dari hulu itu juga merusak sebuah pagar masjid kampung tersebut yang letaknya tak jauh dari bibir sungai.
Membuat pagar Masjid Nurul Hidayah yang panjangnya sekitar lima meter lenyap bersama tanggul. Terbawa arus sungai.
"Masjid ini terancam ambruk jika tanggulnya tidak dikerja," pungkas Tahir salah seorang warga.