SuaraSulsel.id - Direktur Utama Bank Sulselbar Irmayanti Sultan mengundang Nurwahyuni Cole ke kantornya di jalan DR Sam Ratulangi, Kota Makassar.
Melalui program tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR Bank Sulselbar, Irmayanti menawarkan beasiswa jika Wahyuni ingin melanjutkan kuliah.
Wahyuni juga ditawari bekerja sebagai sebagai karyawan honorer. Untuk meningkatkan kapasitasnya dan membangun rasa percaya dirinya. Agar lebih mantap menatap masa depan yang lebih cerah. Sesuai amanah kedua orang tuanya sewaktu hidup.
"Nurwahyuni memilih kerja dulu di bank Sulselbar agar tidak lagi pusing memikirkan biaya hidup sehari hari. Semoga Allah memudahkan langkah Nurwahyuni menggapai citanya. Amin ya Allah," kata Irmayanti dikutip dari terkini.id -- jaringan suara.com
Baca Juga:Aksi Bakar-bakaran, Demo Mahasiswa HMI Rusuh di Depan DPRD Banten
Irmayanti berharap, kisah Wahyuni bisa menginspirasi banyak orang. Perusahaan lain juga bisa mengulurkan tangan kepada Nurwahyuni-Nurwahyuni yang ada di kampus-kampus.
Nurwahyuni Cole (23 tahun), mahasiswi Jurusan Sejarah Peradaban Islam, Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin jadi perbincangan. Setelah fotonya berziarah ke makam orang tua dengan seragam wisuda viral di media sosial.
Kepada Suarasulsel.id, Uni sapaan Nurwahyuni menceritakan perjalanan hidupnya. Mulai mendaftar kuliah sampai bisa sarjana.
"Masyaallah Kak. Kekuatan dari salat dhuha dan Surah Al Waqiah. Selalu saja diberi pertolongan Allah," kata Uni, Minggu (27/9/2020).
Sebagai anak yatim piatu, usaha Uni untuk menempuh pendidikan sampai ke jenjang universitas tidak mudah. Dia bahkan tidak percaya mampu melewati semua proses menyelesaikan kuliah.
Baca Juga:Telkom University Bandung Melaju ke Grand Final Piala Menpora Esports 2020
Waktu pertama kali harus bayar SPP, Uni hanya mengantongi uang Rp 500 ribu. Uni berharap bisa masuk mahasiswa kategori 1.
Ternyata, pengumuman menyebut Uni masuk dalam kategori 3. Jadi harus membayar SPP sebanyak Rp 1.100.000.
"Saya sudah putus asa. Tidak bisa kuliah. Tiba-tiba ada orang baik yang mau bantu saya. Tambah uang SPP. Hari itu hari terakhir pembayaran SPP," ungkap Uni.
Selama kuliah, jika uangnya menipis, Uni harus puasa. Agar tetap bisa membayar sewa angkutan pete-pete ke kampus. Jika tidak punya uang, terpaksa jalan kaki.
"Alhamdulillah nanti dapat rejeki dari orang lain," katanya.
![Direktur Utama Bank Sulselbar Irmayanti Sultan mengundang Nurwahyuni Cole ke kantornya di jalan DR Sam Ratulangi, Kota Makassar / Foto : Istimewa](https://media.suara.com/pictures/653x366/2020/10/05/58406-direktur-utama-bank-sulselbar.jpg)
Beberapa keajaiban yang dirasakan Uni, diyakini berkat selalu melaksanakan ibadah salat dhuha dan mengamalkan Surah Al Waqiah.
Setelah pembayaran SPP pertama. Uni sempat khawatir tidak bisa melanjutkan kuliah di semester berikutnya. Karena uangnya tidak ada lagi untuk bayar biaya semester.
Beberapa lama kemudian Uni diumumkan lolos mendapatkan beasiswa Bidikmisi.
"Alhamdulillah sekali, saya sujud syukur di rektorat. Alhamdulillah berkat salat dhuha dan Al Waqiah saya dapat beasiswa," katanya.
"Alhamdulillah banyak hal-hal baik yang menghampiri saya. Banyak orang-orang baik. Saya tidak bisa bilang satu per satu," tambahnya.
Setelah wisuda 21 September 2020, Uni mengunjungi makam orang tuanya. Berbagi kebahagiaan sudah jadi sarjana.
Memakai toga dan seragam wisuda, Uni memeluk nisan orang tuanya. Momen ini pun direkam oleh sepupu Uni yang ikut menemani.
Uni tinggal di Desa Lempangang, Kabupaten Gowa. Bersama kakaknya.
Keterbatasan ekonomi membuat Uni harus bekerja keras. Tidak hanya untuk biaya kuliah, tapi juga mencari uang untuk makan.
Untuk itu, Uni mengaku tidak malu mengumpulkan kardus bekas untuk dijual. Uangnya disimpan untuk biaya kuliah.
Oleh keluarganya, awalnya Uni tidak didukung untuk melanjutkan kuliah. Bahkan Uni diminta segera menikah. Sebagai jalan keluar dari permasalahan ekonomi.
"Tapi saya berpikir itu bukan satu-satunya jalan. Kupilih jalan ku sendiri. Saya mengambil keputusan untuk kuliah," kata Uni.
Uni mengaku kuliah dengan modal keyakinan dan kemauan. "Saya memang tidak punya orang tua. Tapi saya masih punya Allah," katanya.
Uni mengaku sudah bekerja keras sejak sekolah dasar. Bekerja di toko. Membantu pemilik toko membungkus gula pasir. Untuk mendapatkan uang.
Ayah Uni meninggal saat dirinya duduk di kelas 3 SD. Kemudian waktu Kelas 2 SMA, giliran Ibunya yang meninggal.
Setelah kisah dan fotonya viral, Uni mendapatkan banyak tawaran. Sejumlah orang menawarkan beasiswa untuk melanjutkan studi. Ada juga yang menawarkan pekerjaan kepada Uni.
"Alhamdulillah banyak hal-hal baik yang menghampiri saya. Kalau bisa kuliah sambil kerja," katanya.