- Menteri ATR/BPN Nusron Wahid mengakui kesalahan internal BPN pada rapat di Makassar mengenai penerbitan dua sertifikat di atas lahan sengketa PT Hadji Kalla dan GMTD
- Nusron Wahid menyoroti kejanggalan eksekusi lahan oleh Pengadilan Negeri Makassar yang dilaksanakan tanpa proses konstatering yang seharusnya menjadi prosedur baku
- Masyarakat diimbau memanfaatkan momentum sengketa ini untuk memutakhirkan data sertifikat lahan terbitan tahun 1961 sampai 1997 guna menghindari tumpang tindih
SuaraSulsel.id - Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional, (ATR/BPN) Nusron Wahid mengakui adanya kesalahan di internal BPN.
Dalam kasus sengketa lahan antara PT Hadji Kalla dan PT Gowa Makassar Tourism Development (GMTD) di kawasan Tanjung Bunga, Kota Makassar.
Hal itu dikatakan Nusron saat memimpin rapat koordinasi pertanahan di Kantor Gubernur Sulawesi Selatan, Kamis, 13 November 2025.
"Kalau ditanya, siapa yang salah pada masa itu? yang salah ya orang BPN pada masa itu," ujarnya.
Menurutnya, BPN pernah menerbitkan dua sertifikat di atas objek lahan yang sama pada tahun yang berbeda.
Ia menyebut hal itu sebagai bukti ada proses yang tidak benar di dalam tubuh lembaganya.
"Berarti ada yang tidak proper di dalam kalangan internal kami di BPN. Lepas bagaimana prosesnya dia main dengan mafia, dengan apa, itu urusan orang luar ya. Tapi urusan kami di dalam ini ada yang tidak benar dalam proses di internal BPN. Itu harus kami akui," kata Nusron.
Ia menegaskan, pembenahan sedang dilakukan agar kasus serupa tidak terulang. Termasuk upaya memberantas mafia tanah.
"Tapi, mafia tanah itu sampai kiamat kurang dua hari pun akan tetap ada. Namanya kejahatan. Yang penting orang BPN harus kuat, tidak tergoda, dan tegas pada aturan," ucapnya.
Baca Juga: Appi Gerah Dengan Ulah Mafia Tanah di Makassar: Sekolah dan Ruang Publik Hilang
Nusron menilai, sengketa antara Kalla Group dan GMTD bisa menjadi momentum bagi masyarakat untuk memperbarui data sertifikat lama.
Nusron mengingatkan agar masyarakat yang memiliki lahan luas dan belum terdaftar resmi segera memperjelas batas-batasnya di BPN.
"Kasus tanah Pak JK itu kan sertifikat terbit tahun 1996. Ini momentum bagi semua yang sertifikatnya terbit sejak 1961 sampai 1997 untuk segera dimutakhirkan. Jangan sampai tumpang tindih," ujarnya.
Menteri ATR juga mengungkap, pihaknya telah menerima surat balasan dari pengadilan yang menyatakan tanah milik Jusuf Kalla tidak termasuk dalam area yang dieksekusi. Namun, ia menilai banyak yang janggal dari sikap pengadilan.
Ia sudah memerintahkan BPN Makassar mengirim surat lanjutan ke Pengadilan Negeri Makassar untuk menunjukkan peta dan Nomor Identifikasi Bidang (NIB) lahan.
"Tapi yang jadi pertanyaan, yang dieksekusi kemarin tanah siapa? Karena di catatan kami, di lokasi itu memang ada tanahnya Pak JK. Masalahnya, pengadilan bilang bukan tanah Pak JK yang dieksekusi, tapi eksekusi dilakukan di lokasi yang sama dan NIB yang sama. Nah, ini yang harus kami selesaikan," bebernya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- 5 Bedak Padat yang Bagus dan Tahan Lama, Cocok untuk Kulit Berminyak
- 5 Parfum Aroma Sabun Mandi untuk Pekerja Kantoran, Beri Kesan Segar dan Bersih yang Tahan Lama
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Jenderal TNI Muncul di Tengah Konflik Lahan Jusuf Kalla vs GMTD, Apa Perannya?
-
Geger Keraton Solo: Putra PB XIII Dinobatkan Mendadak Jadi PB XIV, Berujung Walkout dan Keributan
-
Cetak 33 Gol dari 26 Laga, Pemain Keturunan Indonesia Ini Siap Bela Garuda
-
Jawaban GoTo Usai Beredar Usul Patrick Walujo Diganti
-
Waduh, Rupiah Jadi Paling Lemah di Asia Lawan Dolar Amerika Serikat
Terkini
-
Pemilik Sertifikat Tanah Tahun 1961 - 1997, Menteri Nusron Wahid Minta Segera Lakukan Ini
-
Jenderal TNI Muncul di Tengah Konflik Lahan Jusuf Kalla vs GMTD, Apa Perannya?
-
Nusron Wahid Bongkar 'Permainan' BPN di Sengketa Lahan Kalla vs GMTD
-
Appi Gerah Dengan Ulah Mafia Tanah di Makassar: Sekolah dan Ruang Publik Hilang
-
11 Hektar Laut di Sulsel Disiapkan Jadi Apartemen Ikan