- Lima hari setelah pengumuman kelulusan ayah meninggal dunia
- Selama lima bulan. Tidak boleh keluar, tidak boleh pulang.
- Ia memeluk batu nisan seperti ingin memeluk sosok yang selama ini hanya hadir dalam ingatan
SuaraSulsel.id - Setiap orang punya kisah perjuangannya sendiri. Bagi Muhammad Habib, siswa Sekolah Polisi Negara (SPN) Polda Sulawesi Selatan, perjuangan itu bukan hanya soal lolos menjadi calon polisi.
Tapi juga tentang menepati janji pada sosok ayah yang kini hanya bisa disapa lewat doa.
Habib tahu jalan menuju impiannya tidak akan mudah.
Dua kali ia mencoba peruntungan mengikuti seleksi Bintara Polri, dua kali pula ia harus menelan kekecewaan.
Tapi, setiap kegagalan justru mengajarkannya tentang kesabaran. Tentang bagaimana terus berdiri ketika harapan nyaris padam.
"Bapak selalu bilang jangan menyerah. Kalau gagal, coba lagi, karena mungkin Tuhan hanya minta kita lebih siap," tutur Habib.
Ucapan itu kini terasa seperti pesan terakhir.
Lima hari setelah pengumuman kelulusan yang seharusnya menjadi momen paling membahagiakan dalam hidupnya, sang ayah berpulang.
"Ayah saya wafat beberapa hari setelah sidang akhir. Saat itu baru saja diumumkan saya lulus. Rasanya senang sekali, tapi hanya sebentar," ujar Habib pelan.
Baca Juga: Anak-Anak Ikut Demo Tolak PLTSa di Makassar
Ia tak sempat mendampingi sang ayah di hari-hari terakhir.
Saat kabar duka datang, ia masih berada di tengah masa pemusatan latihan di SPN.
Di mana seluruh siswa diwajibkan menetap penuh selama lima bulan. Tidak boleh keluar, tidak boleh pulang.
"Waktu itu saya tidak bisa pulang. Hanya bisa berdoa dari asrama," kenangnya.
Lima bulan kemudian, izin itu akhirnya datang.
Pada Sabtu, 19 Oktober 2025, Habib diperbolehkan pulang untuk pertama kalinya. Bukan untuk liburan, tapi untuk menunaikan satu janji.
Ia berziarah ke makam ayahnya di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan.
Ia tak sendiri. Kepala SPN Batua, Kombes Pol Syamsu Ridwan, turut mendampingi perjalanannya.
Dari wajahnya yang tegas, ada sorot haru saat menyaksikan anak didiknya itu menunduk di depan pusara ayahnya.
Dalam video yang kemudian viral di media sosial, Habib tampak menatap nisan ayahnya lama sekali.
Ia mencium tanah, menaruh topi polisi di atas makam, lalu memberi hormat dengan sikap sempurna.
Setelah itu, ia tersungkur, menangis tersedu-sedu. Suara tangisnya pecah di sela-sela doa.
Ia memeluk batu nisan seperti ingin memeluk sosok yang selama ini hanya hadir dalam ingatan.
"Saya cuma mau bilang kalau saya sudah lulus, Pak. Saya sudah pakai seragam ini," katanya lirih di hadapan pusara ayahnya.
Kini, setiap kali ia rindu ayahnya, Habib kerap menatap topi polisinya lama-lama. Topi yang ia letakkan di nisan ayahnya itu bukan sekadar simbol profesi, tapi pengingat janji.
Janji untuk tetap kuat, jujur, dan mengabdi dengan hati.
"Kalau saya lelah latihan, saya ingat ayah. Dulu beliau yang selalu ingatkan saya buat belajar. Sekarang saya ingin buktikan, saya bisa jadi polisi yang beliau banggakan," kata Habib.
Bagi banyak orang, kisah Muhammad Habib adalah potret sederhana tentang perjuangan yang tak selalu manis. Tentang kehilangan yang justru menyalakan semangat baru.
Momen itu membuat banyak orang yang menonton video ikut menitikkan air mata.
Bukan hanya karena kesedihannya, tapi karena ketulusan cinta seorang anak yang terus berbakti meski orang tuanya telah tiada.
Kepala SPN Batua, Kombes Pol Syamsu Ridwan mengaku tergerak melihat keteguhan hati Habib.
Ia pun mengizinkan sekaligus mengantarnya langsung berziarah sebagai bentuk penghargaan atas perjuangan dan pengorbanan anak muda itu.
Syamsu tahu, pendidikan kepolisian bukan sekadar membentuk fisik dan disiplin, tetapi juga menanamkan nilai kemanusiaan. Salah satunya tentang bagaimana mencintai dan menghormati orang tua.
"Bagi kami, kisah Habib ini mengingatkan bahwa di balik setiap seragam yang berdiri gagah, ada doa dan perjuangan orang tua yang mungkin tak lagi terlihat. Dan tugas kita adalah meneruskan perjuangan itu dengan cara terbaik," kata Syamsu.
Kontributor : Lorensia Clara Tambing
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga 7 Seater Mulai Rp30 Jutaan, Irit dan Mudah Perawatan
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
- Mengintip Rekam Jejak Akira Nishino, Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 19 Oktober: Klaim 19 Ribu Gems dan Player 111-113
- Bukan Main-Main! Ini 3 Alasan Nusakambangan, Penjara Ammar Zoni Dijuluki Alcatraz Versi Indonesia
Pilihan
-
Uang Bansos Dipakai untuk Judi Online, Sengaja atau Penyalahgunaan NIK?
-
Dedi Mulyadi Tantang Purbaya Soal Dana APBD Rp4,17 Triliun Parkir di Bank
-
Pembelaan Memalukan Alex Pastoor, Pandai Bersilat Lidah Tutupi Kebobrokan
-
China Sindir Menkeu Purbaya Soal Emoh Bayar Utang Whoosh: Untung Tak Cuma Soal Angka!
-
Dana Korupsi Rp13 T Dialokasikan untuk Beasiswa, Purbaya: Disalurkan Tahun Depan
Terkini
-
3 Desa Tenggelam, Begini Kondisi Proyek Rp4,15 Triliun Bendungan Jenelata Gowa
-
7 Hari Kapal Ambulans Laut Hilang, Pencarian Dihentikan
-
Makassar Tidak Masuk Rekomendasi 7 Daerah Proyek PSEL
-
Siapa Sosok Anggota MWA Pengganti Bahlil Lahadalia? Ini Kata Unhas
-
Ini Alasan Unhas Ganti Bahlil Lahadalia Sebagai MWA