Muhammad Yunus
Senin, 22 September 2025 | 17:59 WIB
Kepala Dinas Kesehatan Sulsel, Ishaq Iskandar [SuaraSulsel.id/Lorensia Clara]
Baca 10 detik
  • Data menunjukkan mayoritas penderita berasal dari kelompok lelaki seks lelaki
  • Kasus HIV/AIDS terbanyak menyerang usia milenial antara 25-49 tahun
  • Penanganan HIV/AIDS tidak bisa hanya dibebankan ke satu instansi

SuaraSulsel.id - Kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) di Sulawesi Selatan (Sulsel) sangat mengkhawatirkan.

Sepanjang Januari - Agustus 2025, Dinas Kesehatan (Dinkes) Sulsel mencatat ada 1.214 kasus baru. Dari jumlah itu, 394 pengidap sudah meninggal dunia.

Data menunjukkan mayoritas penderita berasal dari kelompok lelaki seks lelaki (LSL), yakni 572 kasus.

Disusul populasi umum (200), penderita tuberkulosis (162), pelanggan pekerja seks (59), ibu hamil (54), pasangan orang dengan HIV (52), waria (42), serta pekerja seks perempuan (22).

Dilihat dari kelompok umur, kasus HIV/AIDS terbanyak menyerang usia milenial antara 25-49 tahun (51 persen), diikuti usia 15-24 tahun (37 persen).

Sementara berdasarkan jenis kelamin, 74 persen penderita adalah laki-laki, sisanya perempuan.

Dari 24 kabupaten/kota di Sulsel, kasus HIV/AIDS tertinggi tercatat di Kota Makassar dengan 563 kasus. Disusul Gowa (119), Palopo (79), Bone (46), Toraja Utara (42), Parepare (41), Pinrang (33), Sidrap (32), Bulukumba (30), dan Jeneponto (30).

Kemudian, Takalar (25), Luwu (22), Tana Toraja (22), Luwu Timur (19), Wajo (16), Bantaeng (13), Sinjai (13), Soppeng (12), Maros (12), Barru (10), Luwu Utara (8 kasus), Pangkep (9), Barru (10), dan Kepulauan Selayar (11).

Meski jumlahnya relatif kecil, Dinkes Sulsel menilai tren ini tetap mengkhawatirkan karena menunjukkan penyebaran yang merata hingga ke wilayah pelosok.

Baca Juga: Sulsel Gandeng Vingroup Vietnam Kembangkan Energi Hijau dan Kendaraan Listrik

Kepala Dinas Kesehatan Sulsel, Ishaq Iskandar menegaskan, penanganan HIV/AIDS tidak bisa hanya dibebankan ke satu instansi. Menurutnya, ini tanggung jawab lintas sektor, termasuk lembaga pendidikan, sosial, hingga lembaga pemasyarakatan.

"Penanganan HIV/AIDS harus melibatkan semua pihak, bukan hanya Dinkes. Lebih baik mencegah daripada mengobati," ujarnya di kantor Gubernur, Senin, 22 September 2025.

Ishaq menilai peningkatan angka kasus juga dipengaruhi oleh kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri.

Kini, banyak yang datang secara sukarela melakukan tes HIV, termasuk kelompok berisiko seperti penghuni lapas, pekerja hiburan malam, hingga calon pengantin.

"Kesadaran masyarakat sudah mulai terbuka. Bahkan ada tempat hiburan malam yang mewajibkan pekerjanya tes kesehatan," kata Ishaq.

Meski begitu, ia menegaskan faktor risiko terbesar tetap berkaitan dengan perilaku seksual berisiko.

Load More