- Kawasan ini sejak lama sudah jadi tanah pusaka. Disana juga terdapat kuburan kepala suku.
- Kuburan leluhur mereka baru diakui sebagai situs cagar budaya oleh Bupati Luwu Timur pada Juni 2024
- Lapangan golf sudah terlanjur dibangun. Jasad leluhur pun sebagian tak dikuburkan ulang.
SuaraSulsel.id - Di tepian Danau Matano, Luwu Timur, bentang alam menyimpan lebih dari sekadar keindahan. Di sanalah pernah berdiri perkampungan tua Karunsi'e, pemukiman pandai besi yang telah ada sejak abad ke-8 Masehi.
Kampung itu tenggelam karena gempa tektonik yang mengubah geologi dasar danau.
Sekretaris Adat To Karunsi'e, Hariyadi Pengke mengatakan, kawasan ini sejak lama sudah jadi tanah pusaka. Disana juga terdapat kuburan kepala suku.
"Itu kuburan kepala suku diobrak-abrik, dijadikan lapangan golf. Padahal makam itu sudah ada sejak 1905," ujarnya usai menghadiri kunjungan kerja Komite II DPD RI di Makassar, Senin, 22 September 2025.
Kuburan leluhur mereka baru diakui sebagai situs cagar budaya oleh Bupati Luwu Timur pada Juni 2024, setelah penelitian mendalam. Namun pengakuan ini datang terlambat.
Lapangan golf sudah terlanjur dibangun. Jasad leluhur pun sebagian tak dikuburkan ulang.
Lebih ironis lagi, lokasi itu dahulu bukan sembarang tanah. Menurut Hariyadi, tempat tersebut pernah menjadi pusat pembelajaran pandai besi bagi orang-orang Belanda pada tahun 1911.
Besi yang ditempa dari Matano bahkan tercatat dalam dokumen digunakan pada masa Gajah Mada dan Hayamwuruk.
"Artefak-artefak itu banyak yang ditemukan di pinggir danau. Dokumentasinya juga tersimpan di museum Leiden," jelasnya.
Baca Juga: Aplikasi Ini Bikin Warga Sulsel Lebih Mudah Akses Produk Hukum?
Namun, alih-alih menjadi ruang pelestarian sejarah dan budaya, masyarakat adat Karunsi'e justru terusir.
Saat PT Inco - kini Vale - masuk, warga direlokasi ke Ponada, di kaki gunung. Daerah itu terisolasi, jauh dari lahan pertanian subur.
Mereka dipaksa beradaptasi hanya dengan bercocok tanam sayuran seadanya. "Kami juga tidak pernah menikmati CSR dari PT Vale," kata Hariyadi menegaskan.
Hariyadi mengungkapkan, masyarakat adat Karunsi'e pun menitipkan harapan. Mereka ingin suara mereka tidak lagi terpinggirkan, dan berharap DPD benar-benar menjadikan persoalan ini sebagai atensi serius.
Ancam Pemberhentian
Keluhan masyarakat soal dampak tambang dan pengabaian terhadap situs sejarah mendapat sorotan langsung dari para senator Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI.
Berita Terkait
Terpopuler
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
- 5 Sunscreen Terbaik Harga di Bawah Rp30 Ribu agar Wajah Cerah Terlindungi
- 7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
- 24 Kode Redeem FC Mobile 4 November: Segera Klaim Hadiah Parallel Pitches, Gems, dan Emote Eksklusif
Pilihan
-
Comeback Dramatis! Persib Bandung Jungkalkan Selangor FC di Malaysia
-
Bisnis Pizza Hut di Ujung Tanduk, Pemilik 'Pusing' Berat Sampai Berniat Melego Saham!
-
Bos Pajak Cium Manipulasi Ekspor Sawit Senilai Rp45,9 Triliun
-
6 Kasus Sengketa Tanah Paling Menyita Perhatian di Makassar Sepanjang 2025
-
6 HP Memori 128 GB Paling Murah Terbaru 2025 yang Cocok untuk Segala Kebutuhan