Muhammad Yunus
Kamis, 14 Agustus 2025 | 15:31 WIB
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Negeri Makassar mengkritik biaya pendidikan dan manajemen kampus yang buruk [SuaraSulsel.id/Istimewa]

SuaraSulsel.id - Kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru atau PKKMB di sejumlah kampus negeri di kota Makassar, Sulawesi Selatan, diwarnai aksi kritik dari mahasiswa.

Di Universitas Hasanuddin (Unhas) misalnya. Mahasiswa fakultas kesehatan masyarakat atau FKM membentangkan spanduk bertuliskan "Selamat Datang Dompet Baru Unhas".

Dalam video yang beredar luas di media sosial memperlihatkan puluhan mahasiswa baru FKM sedang dikumpulkan di sebuah ruangan.

Diduga aksi itu sebagai bentuk keresahan mahasiswa terhadap uang kuliah tunggal di Unhas yang tergolong mahal.

Mahasiswa bahkan pernah protes besar-besaran atas kebijakan tersebut.

Kepala Bidang Urusan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar, Ishaq Rahman yang dikonfirmasi juga membenarkan kejadian itu.

Ia menjelaskan, insiden itu terjadi saat sesi perkenalan lembaga kemahasiswaan dalam rangkaian PKKMB di Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Kata Ishaq, dalam skema PKKMB di Unhas memang ada sesi khusus bagi BEM dan lembaga kemahasiswaan di fakultas untuk memaparkan program serta capaian mereka.

Tujuannya untuk memotivasi mahasiswa baru agar tertarik berorganisasi.

Baca Juga: Jamaluddin Jompa Pendaftar Pertama Calon Rektor Unhas 20262030

"Tapi kami belum tahu bagaimana sampai ada yang membentangkan spanduk tersebut," ujar Ishaq, Kamis, 14 Agustus 2025.

Menurut pihak fakultas, lanjutnya, spanduk itu hanya dibentangkan selama beberapa menit. Namun, momen tersebut terabadikan dalam foto dan video, lalu menyebar di media sosial.

Ishaq menegaskan, pihak kampus menghargai kebebasan berpendapat di lingkungan akademik.

Namun, kebebasan tersebut harus disertai fakta dan bukti yang memadai. Sesuai prinsip kebebasan yang bertanggung jawab.

"Secara prinsip, kita tentu menghargai kebebasan mengemukakan pendapat dan kebebasan berekspresi, tapi harus dengan fakta dan bukti," tegasnya.

Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakan Unhas memprotes mahalnya UKT bagi mahasiswa [SuaraSulsel.id/Istimewa]

Aksi serupa juga terjadi di Universitas Negeri Makassar (UNM).

Dalam kegiatan PKKMB yang digelar di Menara Phinisi, sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) menerobos acara resmi dan membentangkan spanduk berisi kritik.

Mereka mengkritik persoalan distribusi almamater hingga dugaan praktik jual beli nilai.

Presiden BEM UNM, Syamri mengaku banyak mahasiswa yang sudah menerima kwitansi pembayaran almamater, tetapi belum mendapatkan almamater.

Mahasiswa baru pun memilih tidak menghadiri PKKMB.

"Mereka hanya diberi lembar kuitansi bahwa sudah ada pembayaran," ujarnya.

Persoalan lain adalah kebijakan penambahan penerimaan kuota jalur mandiri di UNM, tetapi fasilitas yang tersedia tidak memadai.

Di sisi lain, terkuaknya jual beli nilai di kampus tersebut.

Hal ini membuat BEM menyatakan mosi tidak percaya terhadap Rektor, Profesor Kartajayadi.

"Sampai hari ini pimpinan belum mampu menindak oknum-oknum yang menjadi sindikat praktik jual beli nilai," kata Syamri.

Menanggapi hal tersebut, Wakil Rektor III UNM, Arifin Manggau menilai kebebasan berekspresi mahasiswa bukan berarti bebas tanpa batas.

Ia mengingatkan bahwa BEM adalah bagian resmi dari universitas karena dilantik langsung oleh rektor.

"Penyambutan mahasiswa baru adalah acara formal, apalagi saat sambutan pak Rektor. Saya kira semua orang bisa menyampaikan ekspresi, tapi bukan berarti bebas nilai," kata Arifin.

Arifin juga menyoroti penggunaan istilah "universitas negeri mafia" yang terpampang dalam tuntutan mahasiswa. Menurutnya, tudingan itu dapat merugikan kampus dan memicu kemarahan alumni.

"Kasihan lembaga ini diserang seperti itu. Bisa jadi alumni marah, apalagi nama kampus tercoreng," ujarnya.

Hingga kini, pihak UNM belum memutuskan apakah akan memanggil pengurus BEM terkait aksi tersebut.

Kata Arifin, keputusan baru akan diambil setelah hasil rapat pimpinan keluar.

Kontributor : Lorensia Clara Tambing

Load More