Kecepatan jelajahnya mencapai sekitar 185 knot (343 km/jam) dengan jarak tempuh hingga 1.200 kilometer.
Kapasitas angkutnya bisa mencapai 9 penumpang atau kargo hingga sekitar 1,3 ton, tergantung konfigurasi.
Dengan desain sayap tinggi (high wing) dan ponton amfibi yang kokoh, Cessna 208 amfibi sangat cocok untuk misi evakuasi medis, patroli pantai, penerbangan wisata, hingga distribusi logistik di daerah terpencil.
Pesawat ini juga dikenal memiliki tingkat keandalan tinggi serta perawatan yang relatif mudah, sehingga menjadi pilihan favorit banyak operator penerbangan di wilayah kepulauan seperti Indonesia.
Pertama di Indonesia
Pemprov Sulsel sudah melakukan uji coba pendaratan seaplane di Center Point of Infonesia (CPI).
Menteri Perhubungan RI Budi Purwagandhi mengatakan, kehadiran infrastruktur water-based aerodrome merupakan langkah strategis untuk membuka konektivitas antar wilayah.
Terutama daerah yang sulit dijangkau melalui jalur darat atau laut konvensional.
"Selayar misalnya, bagaimana membantu atau menolong warga yang sakit seringkali sulit dilakukan. Pak Gubernur sudah punya program mengirimkan dokter ke wilayah tersebut, dan dengan seaplane ini akan lebih cepat," kata Budi.
Baca Juga: Diskominfo Sulsel: Sosmed Tidak Bisa Ganti Media Arus Utama
Menurutnya, fasilitas ini ke depan dapat mendukung transportasi, logistik, pelayanan kesehatan darurat, hingga pengembangan pariwisata dan ekonomi daerah.
Ia menegaskan, ini adalah yang pertama di Indonesia yang diinisiasi pemerintah daerah. Memang ada daerah lain yang sudah punya seaplane, tapi itu milik swasta.
Dengan seaplane, kata Dudy, pelayanan masyarakat bisa lebih cepat, wisatawan pun bisa hemat waktu untuk menjangkau destinasi dengan nyaman.
"Untuk pemerintah daerah, pemprov Sulawesi Selatan adalah pemerintah daerah pertama yang menginisiasi untuk seaplane dan kami sangat mendukungnya," jelasnya.
Sementara, Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman menegaskan, fokus utama pengadaan seaplane adalah untuk pelayanan kesehatan dan pemerataan sistem transportasi di kepulauan.
"Kalau di darat sudah banyak transportasi massal, lalu bagaimana dengan kepulauan? Nanti kita fungsikan dua unit, satu untuk pelayanan publik emergency case, satu lagi untuk pariwisata," ungkapnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 5 Mobil Bekas yang Perawatannya Mahal, Ada SUV dan MPV
- 5 Perbedaan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang Sering Dianggap Sama
- 5 Mobil SUV Bekas Terbaik di Bawah Rp 100 Juta, Keluarga Nyaman Pergi Jauh
- 13 Promo Makanan Spesial Hari Natal 2025, Banyak Diskon dan Paket Hemat
Pilihan
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
-
Libur Nataru di Kota Solo: Volume Kendaraan Menurun, Rumah Jokowi Ramai Dikunjungi Wisatawan
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga
Terkini
-
Konektivitas Aceh Pulih, Kementerian PU Janjikan Jembatan Permanen Usai Fase Darurat
-
Jembatan Vital Aceh Dibuka Lagi, Akses Jalan Nasional Medan-Banda Aceh Normal
-
Laga Krusial Lawan PSM: Hodak Minta Bobotoh Jadi 'Pemain ke-12' Tanpa Harus Lakukan Ini
-
Kembali Kirim Tim Kemanusiaan, Gubernur Sulsel Bantu Aceh Timur Rp1 Miliar
-
Cerita Desa Santa Klaus yang Ramai Dikunjungi Warga Toraja