SuaraSulsel.id - Ketua Komisi Hukum dan Perundang-Undangan Dewan Pers, Abdul Manan mengatakan angka kekerasan terhadap jurnalis di Indonesia terus meningkat.
Ia juga menyoroti rendahnya profesionalisme dalam dunia kewartawanan yang dinilai masih menjadi tantangan besar.
Pernyataan tersebut disampaikan Abdul saat membuka kegiatan Uji Kompetensi Wartawan (UKW) yang digelar di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, pada Kamis 31 Juli 2025.
UKW ini merupakan hasil kerja sama antara PT Vale Indonesia Tbk, Dewan Pers, dan Lembaga Uji Bisnis Indonesia. Kegiatan sertifikasi akan berlangsung hingga 2 Agustus dan diikuti 30 jurnalis dari Makassar dan Luwu Raya.
"Profesi wartawan ini sangat terbuka. Siapa pun bisa menjadi wartawan tanpa seleksi ketat seperti lawyer yang harus sarjana hukum atau dokter. Ini jadi tantangan bagi Dewan Pers," ujarnya.
Ia menjelaskan, kemudahan mendirikan media juga menjadi faktor utama yang memperumit ekosistem jurnalistik di tanah air. Hal tersebut disebabkan karena minimnya regulasi.
"Regulasinya sangat sedikit sehingga menjadi wartawan sangat mudah. Ketika masuk ke dalam profesi wartawan pemahaman dan skillnya tidak standar. Nah, ini yang jadi tantangan tersendiri terutama soal profesionalisme," ucapnya.
Dewan Pers mencatat hingga saat ini jumlah media di Indonesia mencapai 5.019 perusahaan. Ada 3.886 diantaranya media siber, 527 media cetak, 57 televisi dan 549 radio.
Namun, baru terdapat 1.304 media yang telah terverifikasi faktual dan 153 yang terverifikasi administrasi.
Baca Juga: SIEJ Sulsel: Jangan Biarkan Idul Adha Jadi 'Pesta' Sampah Plastik
Dari angka tersebut, mayoritas merupakan media siber yaitu 867 media siber telah terverifikasi faktual dan 124 administrasi.
Di tengah kompleksitas tersebut, angka kekerasan terhadap jurnalis terus menunjukkan tren fluktuatif sejak 2006.
Tahun 2023 saja, Dewan Pers mencatat 87 kasus kekerasan terhadap jurnalis. Angka ini meningkat dari 61 kasus pada tahun sebelumnya.
Bentuk kekerasan paling dominan meliputi kekerasan fisik yakni 19 kasus, teror dan intimidasi 17 kasus, serta ancaman 9 kasus.
Selain itu, terdapat 8 kasus pelarangan peliputan dan 6 serangan digital.
"Pelaku kekerasan terhadap jurnalis masih didominasi aparat kepolisian dengan 19 kasus, diikuti warga dan TNI masing-masing 11 kasus," ungkap Abdul.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
UPDATE Klasemen SEA Games 2025: Indonesia Selangkah Lagi Kunci Runner-up
-
6 Mobil Bekas Paling Cocok untuk Wanita: Lincah, Irit, dan Punya Bagasi Cukup
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
Terkini
-
Ini Daftar Daerah di Sulsel dengan Tingkat Kehamilan Anak Tertinggi
-
Kejaksaan Periksa Anak Buah Tito Karnavian: Dugaan Korupsi Bibit Nanas Rp60 Miliar
-
Ledakan Guncang Kafe di Makassar, Ini Dugaan Awal
-
Jeritan Ibu-Ibu Korban Banjir Minta Cangkul dan Sekop ke Jusuf Kalla
-
Stadion Untia Makassar Jadi Proyek Strategis Tahun 2026