SuaraSulsel.id - Di antara lembaran sejarah Indonesia yang penuh gejolak pasca proklamasi. Nama Andi Ninnong mungkin tak setenar tokoh-tokoh nasional lainnya.
Namun, bagi masyarakat Wajo, Sulawesi Selatan, Andi Ninnong adalah simbol keteguhan, keberanian, dan cinta tanah air yang tak tergoyahkan.
Andi Ninnong bukan sekadar bangsawan Bugis. Ia adalah pewaris tunggal dua garis keturunan penting, yakni Arung Tempe dan Renreng Tua.
Dalam darahnya mengalir darah pemimpin. Sejak kecil, tanda-tanda kebesaran telah melekat pada dirinya.
Di saat dunia perempuan masih dibatasi oleh adat, Andi Ninnong melampaui batas-batas itu dengan menjadi perempuan Bugis pertama yang lulus dari sekolah Belanda, Hollandsch-Inlandsche School (HIS) di Sengkang.
Pendidikan itu menjadikannya tidak hanya cerdas secara intelektual. Namun juga peka terhadap dinamika politik kolonial yang mengimpit bangsanya.
Namun kehidupan tak pernah mudah bagi perempuan sekuat Andi Ninnong. Di usia yang baru 15 tahun, ia dinikahkan dengan I Malingkaan Karaeng Riburanne dari Gowa.
Mereka dikaruniai 11 anak, tetapi hanya dua orang yang bertahan hidup. Tragisnya, kedua anak yang selamat itu pun gugur juga sebagai pejuang dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.
Kehilangan anak-anaknya tak menyurutkan langkah Andi Ninnong. Justru membuatnya kuat dan gigih bahwa kemerdekaan harus diraih.
Baca Juga: Sejarah Koperasi di Dunia: Dari Revolusi Industri Hingga Era Digital
Setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 dikumandangkan, situasi di Wajo tidak serta-merta stabil. Ancaman datang dari berbagai arah.
Tentara Belanda yang kembali ke nusantara dalam wujud NICA, serta pembentukan negara boneka oleh Belanda bernama Negara Indonesia Timur (NIT).
Tekanan itu tak hanya mengganggu ketertiban politik, tapi juga menggoyahkan kedaulatan rakyat Bugis yang telah lama terorganisir dalam sistem kerajaan.
Dalam buku biografinya berjudul "Hajjah Andi Ninnong", dijelaskan bahwa ia memimpin suatu gerakan perlawanan yang diberi nama Penegak Republik Indonesia Wajo ( PRYW ) pada awal Oktober 1945.
Andi Ninnong dengan semangat dan tekadnya mampu menunjukkan sikap patriotiknya dalam menghadapi tekanan-tekanan NICA (Belanda) dan Sekutu di daerah Wajo untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan bangsa.
Dalam masa penuh ancaman itu, Andi Ninnong berdiri pada garda paling depan. Ia memimpin rakyat Wajo untuk menolak campur tangan Belanda dan eksistensi Negara Indonesia Timur.
Berita Terkait
Terpopuler
- 10 Sunscreen untuk Flek Hitam Terlaris di Shopee yang Bisa Kamu Coba
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- Lebih Murah dari Innova Zenix: 5 Mobil 7 Seater Kabin Lega Cocok untuk Liburan Keluarga Akhir Tahun
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- 7 Mobil 8 Seater Termurah untuk Keluarga, MPV hingga SUV Super Nyaman
Pilihan
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
-
Disebut Menteri Berbahaya, Menkeu Purbaya Langsung Skakmat Hasan Nasbi
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
Terkini
-
Misteri Kematian Mahasiswa UNG Saat Diksar: Kuburan Digali, 8 Sampel Diambil
-
Edukasi ABCDE: Cara Mudah Kenali Gejala Kanker Kulit Sejak Dini
-
Warga Samalona Hemat Rp2,7 Juta per Bulan Berkat SuperSUN
-
Dulu Dipenjara, Sekarang Jadi Juragan Kosmetik Ilegal! Influencer Ini Kembali Berulah
-
Mamuju Diterjang Banjir! BPBD Sulbar Siagakan Tim Reaksi Cepat