Ia kehilangan banyak hal. Termasuk keluarganya tercinta, suami dan anak-anaknya.
Namun, nasionalisme yang ia yakini, ia menyuarakan perlawanan dan akhirnya mengantarkan Wajo keluar dari struktur Negara Indonesia Timur pada tahun 1950.
Kebulatan tekad rakyat Wajo pada masa itu kemudian memunculkan keputusan penting. Andi Ninnong diangkat sebagai Arung Matowa Wajo ke-47, menjadikannya sebagai pemimpin adat tertinggi di masa transisi yang genting.
Ia adalah Arung Matowa terakhir. Sebab tak lama setelah pengangkatannya, sistem kerajaan dihapus dan digantikan dengan Kepala Pemerintahan Negeri (KPN) seiring bergulirnya sistem pemerintahan republik.
Perjuangan Andi Ninnong tidak hanya berhenti di situ. Ia bersama masyarakat Wajo memperjuangkan agar wilayahnya mendapatkan status yang setara dengan daerah-daerah lain di Sulawesi Selatan, seperti Bone.
Upaya ini tak sia-sia. Pada tahun 1957, Wajo resmi menjadi kabupaten dan pemimpin pertamanya adalah Andi Tanjong.
Sejarah mencatat, tanpa kegigihan dan kepemimpinan Andi Ninnong, transisi dari kerajaan ke sistem kabupaten tidak akan berjalan.
Sebagai bentuk penghormatan, nama Andi Ninnong kini diabadikan sebagai nama stadion di Kabupaten Wajo.
Stadion Andi Ninnong kini jadi tempat generasi muda berolahraga dan merajut mimpi. Namun, selain nama itu, tak banyak yang mengenang lebih dalam tentang perempuan tangguh ini.
Baca Juga: Sejarah Koperasi di Dunia: Dari Revolusi Industri Hingga Era Digital
Di tengah gempuran arus zaman dan lenyapnya cerita perjuangan, kisah Andi Ninnong pelan-pelan memudar dari ingatan kolektif masyarakat Sulawesi Selatan.
Padahal, ia bukan hanya pemimpin perempuan di era kerajaan. Andi Ninnong adalah proklamator bergabungnya Wajo ke Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI.
Andi Ninnong telah membayar mahal atas kemerdekaan yang kita nikmati hari ini dengan air mata, kehilangan, dan keberanian yang tak ditulis di banyak buku sejarah.
Semangat juangnya perlu dilanjutkan oleh putra putri bangsa dalam mewujudkan cita-cita kemerdekaan dengan penuh kesadaran dan keikhlasan.
Dalam mengisi dan memberi arti kemerdekaan itu dengan pembangunan, demi tercapainya masyarakat adil dan makmur yang berdasarkan Pancasila.
Kontributor : Lorensia Clara Tambing
Berita Terkait
Terpopuler
- Siapa Pencipta Sound Horeg? Ini Sosok Edi Sound yang Dijuluki Thomas Alva Edisound dari Jawa Timur
- Jelang Ronde Keempat, Kluivert Justru Dikabarkan Gabung Olympique Lyon
- Akal Bulus Dibongkar KPK, Ridwan Kamil Catut Nama Pegawai Demi Samarkan Kepemilikan Kendaraan
- Bupati Sleman Akui Pahit, Sakit, Malu Usai Diskominfo Digeledah Kejati DIY Terkait Korupsi Internet
- Pemain Keturunan Purwokerto Tiba di Indonesia, Diproses Naturalisasi?
Pilihan
-
Masih Layak Beli Honda Jazz GK5 Bekas di 2025? Ini Review Lengkapnya
-
Daftar 5 Mobil Bekas yang Harganya Nggak Anjlok, Tetap Cuan Jika Dijual Lagi
-
Layak Jadi Striker Utama Persija Jakarta, Begini Respon Eksel Runtukahu
-
8 Rekomendasi HP Murah Anti Air dan Debu, Pilihan Terbaik Juli 2025
-
Fenomena Rojali dan Rohana Justru Sinyal Positif untuk Ekonomi Indonesia
Terkini
-
Wagub Sulsel Tegas: Stunting Bukan Hanya Urusan Satu Instansi
-
Gubernur Andi Sudirman Serahkan Hibah Rp5 Miliar untuk Masjid Ikhtiar Unhas
-
8 Kru Kapal Selamat dari Maut Berkat Laporan Kapal Australia
-
Pemprov Sulsel Ajak Ibu-Ibu Cinta Buku KIA di Hari Anak Nasional 2025
-
Sulsel Kini Punya MICU, Rumah Sakit Bergerak Lengkap dengan Ruang Operasi