Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Rabu, 15 Januari 2025 | 09:38 WIB
Pemimpin Muslim dari berbagai negara membahas tantangan yang dihadapi komunitas Muslim minoritas, seperti diskriminasi, penganiayaan, hingga genosida 13-15 Januari 2025 di London [SuaraSulsel.id/Tim Media JK]

SuaraSulsel.id - Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla (JK), menyoroti pentingnya pendidikan dalam mendorong mobilitas vertikal komunitas Muslim di negara-negara maju seperti Amerika dan Eropa.

Menurutnya, akses pendidikan yang lebih baik menjadi faktor utama peningkatan status sosial ekonomi Muslim di wilayah tersebut.

“Sebagian besar dari mereka kini menjadi profesional di bidang masing-masing, sangat sedikit yang bekerja di sektor manual,” ujar JK saat menghadiri Retret Pemikiran London untuk Minoritas Muslim di Inggris, Selasa (14/1) sore waktu setempat.

Identitas Islam di Tengah Status Profesional

Baca Juga: Kampus UMI Makassar Rugi Rp11 Miliar Karena Kasus Ini

Selain menekankan pentingnya pendidikan, JK juga mengapresiasi bagaimana komunitas Muslim di negara maju tetap bangga mempertahankan identitas keislaman mereka meski telah menjadi bagian dari kelas menengah baru.

Hal ini, katanya, tercermin dari banyaknya masjid dan musholla yang bermunculan di Eropa dan Amerika.

“Ada kebanggaan bahwa agama yang mereka yakini dapat berjalan seiring dengan status mereka sebagai kaum profesional,” jelasnya.

Melawan Islamofobia dengan Prestasi

Dalam konteks meningkatnya Islamofobia di berbagai negara, JK menekankan bahwa persepsi negatif hanya dapat diatasi melalui prestasi positif.

Baca Juga: Rektor, Mantan Rektor UMI, dan Anak Jadi Tersangka Dugaan Korupsi, Sufirman Rahman: Itu Fitnah

“Islam akan dinilai dari kontribusi umatnya. Jika Muslim terus menunjukkan prestasi dan memberi manfaat bagi masyarakat luas, diskriminasi akan terkikis dengan sendirinya,” tambah JK.

Sebagai contoh, ia mencatat keberhasilan wanita Muslim yang kini banyak menonjol di berbagai bidang, bahkan melampaui pria Muslim, berkat pendidikan yang mereka miliki.

Retret Pemikiran: Ajang Strategi untuk Minoritas Muslim

Acara yang berlangsung pada 13-15 Januari 2025 ini mempertemukan para pemimpin Muslim dari berbagai negara untuk membahas tantangan yang dihadapi komunitas Muslim minoritas, seperti diskriminasi, penganiayaan, hingga genosida.

Justice For All, penyelenggara acara, menyebut tujuan kegiatan ini adalah untuk memahami pengalaman hidup minoritas Muslim, mengidentifikasi tantangan unik, serta merumuskan strategi konkret untuk memperkuat hak dan kesejahteraan mereka.

JK, bersama Hamid Awaludin, diundang karena pengalamannya dalam menyelesaikan konflik di Aceh, Ambon, dan Poso. Kehadirannya diharapkan dapat memberikan perspektif strategis untuk mendukung komunitas Muslim minoritas di seluruh dunia.

JK mengingatkan pentingnya pendidikan dan kontribusi nyata sebagai jalan untuk membangun citra positif umat Islam di dunia.

Load More