Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Selasa, 03 Desember 2024 | 14:22 WIB
Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Makassar Andi Seto Asapa - Rezki Mulfiati [SuaraSulsel.id/KPU Makassar]

Peneliti dari Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia Lucius Karus menambahkan fenomena ini disebabkan oleh masyarakat yang bosan karena merasa dikhianati sebagai pemilih saat Pileg.

Menurutnya, sikap caleg terpilih yang mundur demi ambisi menjadi kepala daerah telah mencederai suara pemilih. Mereka dibutakan pada kepentingan politik jangka pendek demi membangun kekuasaan di tingkat lokal.

"Seharusnya caleg terpilih ini melanjutkan aspirasi pemilihnya, namun tidak terwujud karena lebih memilih mundur demi kepentingan politik. Mereka menipu konstituen," tegasnya.

Di kota Makassar, tingkat partisipasi pemilih pada Pilkada 2024 hanya sekitar 57 persen dari 1.037.167 Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang menggunakan hak pilihnya.

Baca Juga: Kalah Pilkada 2024 Tidak Boleh Langsung Menggugat ke MK, Ini Aturannya

Komisioner KPU Makassar Abdi Goncing tak menampik partisipasi pemilih di beberapa TPS lebih rendah dibanding pada Pilkada 2020. Hal tersebut terjadi karena lokasi TPS yang berubah.

"Banyak pemilih yang bergeser dari TPS yang biasanya karena ada penggabungan," ujarnya.

Faktor lain karena ada perubahan alamat pemilih yang tidak sesuai lagi di DPT sehingga distribusi undangan memilih (formulir C pemberitahuan) tidak sampai.

Abdi menyebut fenomena ini bukanlah hal baru. Tren partisipasi pemilih di Pilkada biasanya lebih rendah dibandingkan Pileg atau Pilpres.

Namun, ia menegaskan, data ini akan menjadi masukan penting bagi KPU. Abdi juga menyebut data ini masih bisa berubah karena proses rekapitulasi per kecamatan masih berlangsung.

Baca Juga: Unggul Versi Quick Count, Sudirman: Jangan Bereuforia!

Kontributor : Lorensia Clara Tambing

Load More